SOLOPOS.COM - Pemilik Omah Sinten Solo, Slamet Rahardjo, saat berbicara di diskusi publik Caleg Muda, Siapa Pemilihmu? di Kulonuwun Kopi, Solo, Minggu (26/11/2023). (Solopos.com/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO–Para caleg baru di Pemilu 2024 Solo dinilai masih gamang dan serampangan dalam mensosialisasikan dirinya kepada para calon pemilih.

Mereka dinilai belum memahami political marketing agar dapat simpati dan dukungan masyarakat. Pendapat itu muncul saat diskusi publik Caleg Muda, Siapa Pemilihmu? di Kulonuwun Kopi, Solo, Minggu (26/11/2023).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Padahal political marketing sangat penting dalam menentukan nasib para caleg muda akan lolos atau tidak ke Parlemen. Hal itu berlaku bagi caleg DPRD kabupaten/kota maupun DPR. Hal itu diakui pegiat Muda Visioner Solo, Bambang Ary, saat diwawancara.

Dia melihat ada kegamangan di antara para caleg baru. Mereka belum tahu apa yang harus dilakukan, dan segmen atau kelompok masyarakat yang mana yang harus didekati.

“Ada kegamanangan akan apa yang harus dilakukan teman-teman caleg muda baru ini,” ungkapan dia.

Berdasarkan pengamatan Bambang Ary, para caleg baru belum bisa menunjukkan program atau visi yang orisinil dan sesuai kondisi di lapangan.

Kebanyakan dari mereka hanya mengulangi visi misi dan program kerja yang pernah ada. Padahal mereka bisa lebih aplikatif dalam hal itu.

Sedangkan Owner Omah Sinten Solo, Slamet Raharjo, menekankan pentingnya para caleg memahami dua isu strategis tingkat nasional dan global. Dua isu tersebut yaitu green economy dan blue economy. Isu green economy menurut dia sudah diketahui Presiden Jokowi.

“Walau pun kawan saya ini sekarang jadi presiden, tapi juga belum selesai. belum tuntas masalah green economy ini. Nah salah satu contoh green economy yang kawan-kawan muda ini harus ketahui suatu saat nanti negara itu akan beli O2, oksigen,” terang dia.

Slamet yang merupakan pengusaha mebel mengaku sudah ditawari untuk memulai usaha itu. “Jadi kita cukup beli lahan, kemudian kita tanami pohon. Bisa pohon buah, bisa pohon untuk ditebang jadi mebel. Nah nanti dihitung, luas areanya itu dihitung ada pohonnya berapa,kemudian di-variabel [koefisiennya] itu menghasilkan O2 berapa,” imbuh dia.

Negara yang ruang terbuka hijau (RTH) kurang, menurut Slamet, dapat membeli kepada penyedia O2. “Enak to? Njenengan duwe lahan sak hektare ditanduri pohon pelem semuanya itu O2 nya bisa dijual nanti. Nah ini salah satu [model bisnis] green economy,” urai dia.

Slamet berpesan para caleg muda Solo agar mulai berpikir nasional dan global. “Makanya tadi saya titip pesen sama mas Bambang ya, mbok kawan-kawan muda ini nanti jangan berfikir tentang lokal saja. Tapi juga nasional dan global yang kemaslahatan untuk warga lokal ini,” ujar dia.

Ihwal blue economy, menurut Slamet, berbasis lautan Indonesia yang sangat luas. Menurut dia bila laut dikelola dengan benar dari semua aspek sumber daya alamnya, Indonesia akan terbebas hutang waktu 2-3 tahun. Komoditas laut potensial Indonesia tuna sirip biru.

“Ikan tuna sirip biru itu yang tingginya segini ini, jadi satu meter tingginya ikan itu, ini Jepang menerima harganya Rp125 juta, satu ikan. Kawan-kawan muda bayangkan ndak, seandainya satu nelayan kita satu bulan nangkep satu ikan kan kaya to mereka,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya