SOLOPOS.COM - Penari membawakan Tari Bedhaya Anglir Mendung saat Pengetan Wiyosan Jumenengan Dalem KGPAA Mangkunagoro IX di Pura Mangkunegaran, Solo, Jumat (23/11/2012) malam. (Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Raden Mas (RM) Said yang berjuluk Pangeran Sambernyawa dikenal jago berkelahi atau bertarung fisik dan ahli dalam strategi perang ketika memimpin pemberontakan melawan Mataram dan Belanda.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sejarah Kota Solo mencatat RM Said memberontak kepada Raja Mataram Islam, Paku Buwono (PB) II hingga PB III, pada pertengahan abad ke-18. Ia dan bersama Pangeran Mangkubumi memberontak lantaran tidak setuju dengan sikap PB II yang cenderung pro Belanda.

Ujung dari pemberontakan RM Said kepada Kerajaan Mataram adalah pembagian wilayah menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran melalui Perjanjian Salatiga yang ditandatangani pada 17 Maret 1757. Berdasarkan perjanjian itu, RM Said mendapatkan wilayah yang kemudian menjadi Praja Mangkunegaran dan menjadi KGPAA Mangkunagoro I.

Baca Juga: Sejarah Solo: Sikap Plin-Plan PB II dan Pemberontakan di Keraton Baru

Mengenai keahlian perang Pangeran Sambernyawa, Ketua Solo Societeit, komunitas pencinta sejarah Solo, Dani Saptoni, menceritakan pertarungan fisik pertama RM Said terjadi saat melawan seorang Laskar Cina yang saat itu menyerang dan berhasil masuk ke Keraton Mataram di Kartasura.

Diceritakan, saat itu RM Said dan adik-adiknya berusaha melarikan diri dari Keraton Mataram setelah masuknya Laskar Cina. Upayanya berhasil. Dia dan dua adiknya, RM Sabar dan RM Ambiyo, keluar dari Keraton. Tapi tiba-tiba RM Said teringat sesuatu.

Satu pusaka pemberian sang nenek yang diberi nama Kiai Bedudak tertinggal di rumahnya. Seketika RM Said menyelinap kembali ke Keraton. Saat itu lah ia bertemu seorang anggota Laskar Cina sehingga pertarungan di antara mereka tak terelakkan.

Baca Juga: Sejarah Solo: Saat Keraton Pindah 1745, Amerika Masih Koloni Inggris

Mengembara ke Nglaroh

“Itu momen pertama kali RM Said melakukan pertarungan fisik. Dalam pertarungan itu anggota Laskar Cina dibunuh, pakaiannya dilucuti dan dipakai RM Said untuk menyamar masuk Keraton untuk mengambil keris,” tutur Dani saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (2/2/2022) malam.

Setelah mengambil Keris Kiai Bedudak, Pangeran Sambernyawa kemudian kembali keluar dari Keraton. Dari situ dimulai lah petualangan RM Said. Dalam pengembaraannya itu, RM Said akhirnya sampai di Dusun Nglaroh, yang sekarang masuk Kecamatan Selogiri, Wonogiri.

Di situ RM Said menyusun kekuatan bersama para pengikutnya. Suatu ketika orang-orang dekat RM Said membisikinya agar bergabung dengan Laskar Cina pimpinan RM Garendi atau Sunan Kuning. Alasannya, musuh RM Said sama dengan musuh Laskar Cina.

Baca Juga: Kisah Pangeran Sambernyawa, Saat Kecil Hidupnya Terlunta-lunta

“Maka di Randulawang bertemu lah RM Said dengan Sunan Kuning atau RM Garendi. Lalu bergabunglah RM Said dengan Laskar Cina. Tapi waktu itu RM Garendi statusnya tidak lagi jadi raja di Kartasura. Dia dan pengikutnya sudah buron,” papar Dani.

Menurut Dani, saat Pangeran Sambernyawa berada di Nglaroh pernah akan mengangkat diri sebagai raja. Namun ketika itu justru terjadi malapetaka. Fenomena itu membuat RM Said berkeyakinan atau memutuskan untuk tidak akan pernah menjadi seorang raja.

Sementara dikutip dari laman wonogirikab.go.id, saat berada di Nglaroh, RM Said menggunakan sebuah batu untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Batu itu kemudian dikenal dengan Watu Gilang, tempat awal mula perjuangan dari RM Said.

Baca Juga: Masih Asli, Begini Kondisi Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Solo

Menciptakan Tarian Sakral

Diceritakan RM Said membentuk pasukan inti yang melahirkan perwira-perwira perang mumpuni dengan sebutan Punggawa Baku Kawandoso Joyo. Sesepuh rakyat Nglaroh, Kiai Wiradiwangsa, mendukung gerakan RM Said dan diangkat menjadi patih.

Dari situ awal mula bentuk pemerintahan yang menjadi cikal bakal dari lahirnya Kabupaten Wonogiri. Sementara itu, website resmi Mangkunegaran Solo, puromangkunegaran.com, dalam artikel yang diunggah pada 6 Mei 2017 lalu menuliskan Mangkunagoro I merupakan seorang ahli strategi perang.

Selama 16 tahun melawan Kerajaan Mataram dan Belanda, RM Said dan pasukannya bertarung sebanyak 250 kali. RM Said mendapatkan julukan Pangeran Sambernyawa saat melawan VOC. Hal itu karena dalam setiap peperangan ia selalu membawa kematian bagi musuh- musuhnya.

Baca Juga: Pangeran Sambernyawa Hanya Setahun Tempati Rumah di Kestalan Solo

RM Said juga memiliki semboyan untuk mengobarkan semangat, moral, dan kebersamaan pasukannya, tiji tibèh (mati siji, mati kabèh yang artinya gugur satu, gugur semua) dan mukti siji (mukti kabèh yang artinya sejahtera satu, sejahtera semua).

Disebutkan pula dalam artikel yang sama, selain ahli strategi perang, Mangkunegara I juga pencipta seni tari. Beberapa tarian sakral diketahui merupakan ciptaan Pangeran Sambernyawa.

Tarian itu antara lain Bedhaya Mataram Senapaten Anglirmendung, Bedhaya Mataram Senapaten Diradameta, dan Bedhaya Mataram-Senapaten Sukapratama. Tari- tarian itu diciptakan untuk memperingati perjuangan Mangkunagoro I di medan perang.



Saat ini tarian seperti Bedhaya Anglirmendung menjadi tarian sakral yang hanya dipentaskan saat momen-momen istimewa, salah satunya saat upacara jumenengan atau naik takhta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya