BOYOLALI—Petani di Desa Kismoyoso dan Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali nampaknya belum bisa bernapas lega kendati proyek Embung Giriroto rampung digarap. Embung tersebut belum dapat menerima kiriman air dari Waduk Cengklik untuk keperluan irigasi pertanian.
Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Waduk Cengklik Samidi mengatakan ada sejumlah alasan sulitnya air mengalir hingga ke Giriroto. “Alasan utama adalah karena debit air di waduk tidak mencukupi,” ujar Samidi ketika berbincang dengan Solopos.com di Giriroto, Senin (28/1/2019).
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Embung Giriroto berjarak kurang lebih 20 km dari Waduk Cengklik yang berlokasi di Desa Ngargorejo. Agar air dapat mengalir dengan lancar, Samidi mengatakan, waduk harus terisi dengan debit minimal 9 juta meter kubik (m3).
Sementara kini air tersisa hanya berkisar 2,6 juta m3 yang artinya hanya 1,6 juta m3 yang dapat digunakan untuk mengairi irigasi pertanian.
BUM Desa
Dengan volume yang cukup, air diperkirakan dapat mengalir dengan debit minimal 900 liter/detik melalui saluran sekunder Cengklik kiri. Saluran tersebut melintasi sepuluh desa di dua kecamatan yaitu Ngemplak dan Nogosari yang meliputi Desa Sobokerto, Sindon, Ngesrep (kiri), Kenteng, Potronayan, Sembungan, Jeron, Manggung, Kismoyoso dan Giriroto.
Pada bagian lain, Kepala Desa Giriroto Purwanto tengah mengupayakan pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) untuk mengelola embung tersebut secara berkelanjutan.
Sebagai informasi embung Giriroto dibangun seluas 1,3 hektare (ha) di Dusun Gunungwijil. Embung yang memiliki kedalaman 5,5 meter itu dapat menampung air dengan volume 48.000 m3. Embung diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air di dua desa yaitu Kismoyoso dan Giriroto.