SOLOPOS.COM - Waduk Gajah Mungkur kering (ilustrasi/Espos/Trianto Hery Suryono/dok)

Waduk Gajah Mungkur kering (ilustrasi/Espos/Trianto Hery Suryono/dok)

WONOGIRI--Saat musim kemarau, nelayan tradisional malah diuntungkan. Sebab, air Waduk Gajah Mungkur (WGM) yang mulai menyusut membuat banyak cekungan sehingga banyak ikan terperangkap. Nelayan pun dengan mudah mengambil ikan yang terperangkap di cekungan itu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan, Rully Pramono Retno, yang didampingi Kasi Produksi dan Pengembangan Bidang Perikanan, Catur Wuryaningsih, mengatakan saat kemarau banyak cekungan yang terlihat di kawasan WGM. “Air biasanya terperangkap karena banyak area mengering. Jadi, nelayan dengan mudah bisa menangkap ikan karena cekungan ini tidak terlalu luas,” katanya, Jumat (31/8/2012).

Kelompok nelayan tradisional yang mencari ikan di WGM pun semakin bertambah. Di 2011, ada 50 kelompok nelayan dengan anggota sekitar 1.000 orang. Saat ini, sudah bertambah menjadi 55 kelompok nelayan tradisional.
Bertambahnya jumlah nelayan mampu meningkatkan jumlah tangkapan ikan. Dari luasan WGM yakni 9,077 hektare, tangkapan nelayan di 2011 mencapai 1.341.664 kilogram. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya dengan 959.894 kilogram dan di 2009 dengan 952.607 kilogram.

Selain itu, hasil dari budidaya ikan karamba di WGM juga naik dari setiap tahun. Di 2009, hasil budidaya ikan dari karamba mencapai 1.062.982 kilogram dan di 2010 mencapai 3.204.741 kilogram. Sedangkan di 2011 mencapai 3.983.737 kilogram. Di sisi lain, surutnya air waduk membuat beberapa pemilik karamba menarik karambanya ke tengah.

Catur menyatakan karamba yang ditarik ke tengah mencapai sepuluh hingga 18 meter dari posisi semula. Menurutnya, jauhnya karamba yang ditarik sesuai dengan surutnya air. “Misalnya, air surut hingga sepuluh meter, pemilik karamba juga menarik karambanya ke tengah sejauh sepuluh meter,” ujarnya.

Seorang pemilik karamba, Panut, mengatakan mayoritas pemilik karamba kini mulai meninggalkan sistem menarik karamba ke tengah waduk saat kemarau.

“Masih ada yang menarik karamba, tetapi tidak banyak. Saat ini banyak yang lebih memilih memasang karamba di perairan dalam. Seperti karamba milik saya yang berada di atas perairan dengan kedalaman sekitar delapan meter saat kemarau. Jadi masih aman,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya