SOLOPOS.COM - Wisatawan mengunjungi kawasan Keraton Solo, Minggu (17/12/2023). (Solopos/Joseph Howi Widodo).

Solopos.com, SOLO – Setelah hampir tujuh tahun tutup, Sasana Pustaka Keraton Solo, akhirnya dibuka kembali. Pembukaan kembali museum dan perpustakaan yang menyimpan ribuan arsip sejarah itu sejak Desember 2023 dan mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak.

Salah satunya dari Ketua Program Studi (Kaprodi) S1 Sastra Daerah (Sasda) Universitas Sebelas Maret Solo, Prasetyo Adi Wisnu. Ia menyampaikan turut senang ketika mendengar kabar Sasana Pustaka bisa diakses kembali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pasalnya, menurut dia, selain di situ tersimpan karya-karya dari pujangga besar seperti Pakubuwana V, Yasadipura I dan II, maupun Ranggawarsita. Namun juga karena prodi S1 Sasda punya bidang filologi yang aspek kajiannya seputar naskah, termasuk mengalih bahasa maupun aksara, serta menganalisis naskah.

“Keberadaan Sasana Pustaka sangat penting buat kami karena naskah yang menjadi tujuan kami ada di sana,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (21/3/2024).

Sebelumnya, ia juga sempat menyayangkan penutupan Sasana Pustaka yang tidak sebentar itu sekaligus menghawatirkan nasib naskah-naskah yang usianya tak lagi muda. 

“Saat ditutup dulu, kami ya tidak bisa apa-apa. Cuma bisa berdoa,” kata dia.

Pras, sapaan akrabnya, juga menganggap naskah-naskah yang tersimpan di Sasana Pustaka merupakan pintu gerbang bagi orang-orang hari ini untuk masuk dan mengetahui segala macam kegiatan nenek moyang, mulai dari tradisi dan budaya, ideologi, religiusitas, dan berbagai macam pengetahuan lainnya.

“Terima kasih orang baik yang telah menyelamatkan peninggalan para leluhur,” kata dia.

Selama penutupan Sasana Pustaka, kajian filologis yang dilakukan baik oleh mahasiswa maupun dosen prodi Sasda harus dialihkan ke luar tembok Keraton Solo, entah itu naskah koleksi pribadi, Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran, bahkan Perpustakaan Wedya Budaya Keraton Yogyakarta. 

“Dengan dibukanya kembali Sasana Pustaka artinya kami mendapat kembali salah satu sumber terbesar kami,” kata dia.

Dia juga berharap setelah ini, para peneliti baik dari UNS Solo maupun lainnya diberi kesempatan yang besar dan kemudahan untuk nguri-uri kebudayaan Jawa melalui Sasana Pustaka.

Hal yang sama juga disampaikan peneliti manuskrip sekaligus pegiat komunitas Sraddha Sala, Rendra Agusta. Bagi dia sebagai praktisi profesional, pembukaan kembali Sasana Pustaka telah dinanti lama.

Menurut dia, saat penutupan itu terjadi, kajian tentang Keraton Solo maupun wilayah sekitarnya menjadi terhambat bahkan terputus karena sumber utamanya ada di dalam Sasana Pustaka dan tidak bisa diakses. Akibat lainnya bagi peneliti seperti dia, mau tidak mau harus mengubah lokus penelitiannya ke ruang-ruang lain

“Selama ini, pelacakan naskah tentang Keraton Solo hanya melalui mikrofilm dan itu gak semua penyimpanan [perpustakaan] punya. Dan itu pun terbatas sekali,” kata dia saat ditemui Solopos.com di Punggawan, Kamis (21/3/2024).

Dia juga berharap dengan pembukaan kembali Sasana Pustaka bisa memberi gairah baru terhadap Kota Solo. “Bagaimana pun juga, Keraton ini merupakan sumber kebudayaan yang harusnya terus digali,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya