SOLOPOS.COM - Infografis Pembangunan Kota Solo (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO—Wajah kota Solo yang saat ini sudah berusia 278 tahun, di bawah kepemimpinan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka berubah. Sejumlah tempat dipermak menjadi kawasan yang lebih tertata rapi dan menawan. Setidaknya akan ada 16 prioritas pembangunan yang ingin dilakukan Gibran. 

Beberapa sudah terlaksana seperti revitalisasi Pura Mangkunegaran, revitalisasi Taman Satwa Jurug yang sekarang menjadi Solo Safari, revitalisasi koridor Jl Gatot Subroto-Ngarsopuro, dan beberapa pembangunan lain masih berjalan atau dalam proses perencanaan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Namun, akademisi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Kusumastuti, menilai secara umum pembangunan Kota Solo yang sudah berjalan kehilangan esensi dan tidak jelas arahnya ke mana.

“Jadi kalau saya melihat, esensinya itu apa, sebenarnya Mas Gibran itu visinya mau dibawa ke mana. Solo ini mau dibawa ke mana, gitu lo,” katanya kepada Solopos.com, Sabtu (18/2/2023).

Dia menjelaskan di dalam arsitektur terdapat pilar di antaranya fungsi bangunan itu sendiri, dan struktur dari bangunan. “Kalau di dalam kehidupan kota strukturnya itu kelembagaan, baik itu kelembagaan pemerintah atau masyarakatnya,” katanya. 

Kusumastuti kemudian mempertanyakan dalam pembangunan kota sejauh ini akankah berdampak pada masyarakat sehingga menjadi berdaya. Dampak dari pembangunan kota, lebih jauh lagi, menurut dia, harus membuat masyarakat lebih mandiri dan produktif.

“Jika mereka produktif, mereka menghasilkan kreasi. Kemudian masyarakatnya tambah penghasil, mereka kemudian membelanjakan untuk konsumsi. Maka nilai tambahnya akan berkembangkan, tapi kalau itu tidak bergerak, tidak ada yang berubah,” jelas dia. 

Apalagi, menurut dia, pembangunan bukan berasal dari dana mandiri, melainkan menggunakan dana bantuan dari luar. “Yang berubah itu semua kan dana dari luar, seperti DAK [Dana Alokasi Khusus], DAU [Dana Alokasi Umum], nah itu bukan [dana] dari lokalitas kita. Jadi energi yang kita miliki tidak berubah, karena produktivitas kita tidak berubah,” kata dia.

Menurut dia, esensi pembangunan seharusnya bisa berdampak sampai ke lapisan masyarakat paling bawah. Kusumastuti mencontohkan dampak pembangunan di sektor pariwisata, seharusnya bisa meningkatkan kunjungan wisatawan lebih lama. Sejauh ini dia mengatakan kunjungan wisatawan di Solo rata-rata hanya lima setengah jam.

“Misalnya pariwisata bisa meningkat, yang tadinya hanya lima setelah jam kunjungan menjadi satu setengah hari. Nah itu prestasi itu, ada indikatornya. Nah kalau sudah begitu, berarti dia menginap satu malam di hotel. Dengan begitu ada pemasukan. Tapi kalau hanya 5 setengah jam, itu berarti tidak menginap, mereka hanya kulineran saja sama hanya beli baju di Klewer,” kata dia.

Dia membenarkan sejauh ini pembangunan di Solo secara esensi masih stagnan. Hal ini karena produktivitas kota belum secara maksimal digerakkan. Terutama di sektor pariwisata, menurutnya harus lebih dipromosikan kembali. 

“Kemudian promosinya belum berhasil mengundang [wisatawan] supaya lebih atraktif, [harus mengupayakan] manajemen lebih baik, penyambutan lebih ramah, dan perjalanan lebih mudah,” jelas dia. 

Agar perjalanan wisatawan lebih mudah, dia juga menyinggung KRL harus dikembangkan agar bisa terintegrasi dengan moda transportasi lain dan menyasar ke beberapa daerah lain. Dengan begitu, wisatawan akan lebih mudah menjangkau Kota Solo. 

“Nah itu hubungannya dengan kampung kreatif, dengan kampung industri, dengan kampung batik. Nanti berkaitan dengan meningkatkan lama kunjungan pariwisata. Kalau saya lihat, spirit itu belum tersentuh,” imbuhnya.

Kusumastuti menekankan jika ingin pembangunan memiliki arah dan esensi yang jelas, maka masyarakat harus dilibatkan. Dengan begitu, pembangunan tidak hanya sekedar permak kota agar lebih megah, namun juga berdampak pada produktivitas masyarakat kian meningkat. “Ini semua pembangunan kan masyarakat hanya penonton,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya