SOLOPOS.COM - Sulami dibawa dengan ambulans Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen menuju RSUD dr. Moewardi Solo dari rumahnya di Dukuh Selorejo Lor RT 031, Desa Mojokerto, Kecamatan Kedawung, Sragen, Rabu (25/1/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN – Sulami, 42, wanita berjuluk manusia kayu asal Dukuh Selorejo Wetan, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen, meninggal dunia pada Senin (12/6/2023). Sulami menyusul saudara kembarnya, Paniyem, yang meninggal dunia dengan mengidap penyakit yang sama pada 2013 silam.

Akibat penyakit bamboo spine yang diidapnya sejak duduk di bangku SD, tubuh Sulami berubah jadi kaku layaknya kayu. Penyakit langka itu juga diidap oleh saudara kembarnya, Paniyem, yang lebih dulu meninggal dunia pada 2013.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sulami mengembuskan napas terakhirnya setelah sempat sakit dalam beberapa hari terakhir. Kondisi kesehatan wanita yang mengidap penyakit langka yakni bamboo spine itu terus menurun walau sempat menjalani perawatan di rumah sakit.

Pemberitaan soal Sulami sempat menghebohkan publik pada 2017 silam. Sejumlah pihak, termasuk Gubernur Ganjar Pranowo, turut prihatin dengan apa yang dialami oleh Sulami. Hingga akhirnya, Pemprov Jateng membiayai pengobatan sekaligus operasi Sulami di RSUD dr. Moewardi. Kala itu, Ganjar Pranowo sempat menjenguk Sulami di rumah sakit.

Sejumlah media nasional juga turut mengabarkan tentang sosok Sulami. Bahkan, Aiman Witjaksono, saat masih menjadi jurnalis Kompas TV turut bersilaturahmi ke rumahnya di Dukuh Selorejo Wetan, Desa Mojokerto, Kedawung, Sragen.

Sejumlah lembaga amal juga turut membantu dengan menyalurkan bantuan sosial, termasuk merenovasi rumahnya menjadi layak huni. Namun, berbagai pengobatan dan operasi yang sudah dilakukan tak cukup mampu menyembuhkan Sulami dari penyakit bamboo spine.

Dalam beberapa bulan terakhir, kondisi kesehatan Sulami menurun. Ia sempat dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Setelah kondisinya membaik, ia dipersilakan pulang. Namun, kondisi kesehatannya kembali memburuk dalam beberapa hari terakhir. Hingga akhirnya, Sulami mengembuskan napas terakhirnya pada Senin. Sulami menyusul saudara kembarnya, Paniyem, yang meninggal dunia dengan mengidap penyakit yang sama pada 2013 silam.

Kabar meninggalnya Sulami disampaikan adik kandungnya, Susilowati, 28. Menurut Susilowati, kakaknya meninggal dunia di rumah pada Senin menjelang siang. “[Meninggal dunia] pukul  10.30 WIB. Pemakaman selesai sebelum pukul 15.00 WIB,” jelas Susilowati kepada Solopos.com, Senin malam.

Penyakit bamboo spine yang dikenal dengan istilah medis Ankylosing Spondylitis ini diderita Sulami karena faktor genetik. Penyakit bamboo spine muncul sejak ia masih duduk di bangku SD. Penyakit itu juga dialami oleh saudara kembarnya, Paniyem, yang lebih dulu meninggal dunia pada 2013.

Penyakit itu mengakibatkan tulang-tulang belakang Sulami menyatu. Penyakit itu juga sudah menjalar ke tulang tangan dan kaki. Hal itu membuat anggota tubuh Sulami menjadi kaku layaknya kayu. Itu sebabnya, Sulami mendapat julukan manusia kayu oleh warga sekitar.

Pempers khusus orang dewasa dan tisu basah menjadi barang yang paling berharga bagi Sulami sebelum meninggal dunia. Sulami tercatat sebagai penerima bantuan program keluarga harapan (PKH). Segala kebutuhan Sulami banyak bergantung kepada Susilowati, adik kandungnya. Susilowati biasa bekerja dengan berjualan cabai dan terong sementara Sulami bekerja membuat kerajinan tangan berbahan dasar mote.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya