SOLOPOS.COM - Kopral CPM Partika Subagyo Lelono, berdiri di atas susunan paku dengan membawa poster dan bendera Merah Putih saat melakukan aksi keprihatinan di bundaran Manahan, Solo, Senin (11/5/2015). Dalam aksinya, Kopral Bagyo menyerukan untuk mendukung aksinya dengan menuntut pengembalian mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) untuk kebaikan moral bangsa di waktu kedepan. (Reza Fitriyanto/JIBI/Solopos)

Aksi Kopral Bagyo Senin siang ngeri. Di berdiri di ratusan ujung paku.

Solopos.com, SOLO – Kopral Bagyo bikin aksi lagi. Sosok lelaki berkumis bernama lengkap Kopral Kepala (Cpm) Partika Subagyo Lelono, Senin (11/5/2015), bikin aksi mengerikan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Aksi Kopral Bagyo dilakukan di pinggir taman air di simpang tiga patung obor PON Manahan, Banjarsari, Solo. Anggota TNI kelahiran Banyuwangi, 16 Desember 1963, sering kali beraksi secara ekstrem. Aksi kali ini di berdiri di papan penuh paku.

Dari bagi mobil Toyota Vios, Kopral Bagyo mengambil papan yang berisi tancapan paku, tongkat berbendera merah putih, dan poster berisi tuntutan tentang pengembalian Kurikulum 1976 yang mengamanatkan mata pelajaran (mapel) pendidikan moral pancasila (PMP) serta pengembalian penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Dengan pakaian doreng dan bercelana doreng berumbai, Kopral Bagyo berjalan memanggul papan ke tengah Jl. Adi Sucipto. Dia memilih lokasi di dekat patung pembawa api Pekan Olah Raga Nasional (PON) Manahan.

Papan, bendera, dan poster pun diletakkan di taman monumen peringatan PON I itu. Kedua sepatunya dilepas dan dibanting di papan itu.
Tanpa alas kaki, Kopral Bagyo mengambil bendera dan poster. Dia berdiri menginjak ujung paku yang tajam seraya berteriak menuntut pengembalian mapel PMP dan penataran P4.

Paku Tajam

Paku itu dipasar berdiri di papan. Sebanyak 288 buah paku itu memiliki panjang rata-rata 10 sentimeter. Bagi mereka yang tak terbiasa tidak akan berani menginjak paku itu karena berisiko ujung paku menembus kaki.

Aksi ekstrem itu pernah dilakukan Kopral Bagyo pada 2009. Namun aksinya hanya berhasil selama 12 jam karena dihentikan oleh pimpinannya.

“Moral generasi muda makin rusak. Banyak remaja terjerat narkoba. Situs cabul bebas diakses anak-anak tanpa filter. Gaya hidup hedonis pun merambah para anak muda. Akhirnya, mereka mencari uang dengan menghalalkan segala cara. Semua itu harus dihentikan dengan cara mengembalikan PMP dan penataran P4. Nilai-nilai Pancasila akan mampu membentengi mereka,” kata Kopral Bagyo saat ditemui wartawan.

Kopral Bagyo mengaku kesakitan saat menginjak paku itu. Dalam aksinya kali ini, dia tak mampu bertahan cukup lama. Namun, aksi Bagyo mampu menarik para pengguna jalan di simpang tiga itu.

Beberapa pengemudi mobil berhenti untuk sekadar mengabadikan momentum itu. “Asline ya lara [sebenarnya ya sakit]. Ini bentuk keprihatinan atas moral generasi muda masa kini,” tutur dia.

Mantan penatar P4 asal Solo, Ahmad Munawir, mendukung aksi Kopral Bagyo. Dia menyatakan mapel PMP dan penataran P4 harus kembali diajarkan kepada generasi muda sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya