SOLOPOS.COM - Kepala Dispertan PP Karanganyar Siti Maesyaroch saat diwawancarai di Palur Plaza belum lama ini. (Solopos.com/Indah Septiyaning W)

Solopos.com, KARANGANYAR–Alokasi pupuk subsidi di Karanganyar menurun hingga 4.000 ton di tahun ini. Tahun lalu, kuota pupuk subsidi diterima sebesar 17.000 ton. Namun kini hanya diterima 13.000 ton.

Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (Dispertan) PP Karanganyar, Siti Maesyaroch, mengatakan penurunan kuota pupuk subsidi dari pemerintah merata di wilayah Indonesia. Tidak hanya di Kabupaten Karanganyar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Tahun ini kita hanya dapat jatah 13.000 ton dari tahun lalu 17.000 ton,” kata Siti kepada Solopos.com, Senin (12/2/2024).

Siti meyakini penurunan kuota pupuk subsidi tidak akan mempengaruhi produksi beras di Karanganyar. Pemkab bahkan menargetkan produksi beras Karanganyar surplus 150.000 ton.

Siti mengatakan akan mengajukan penambahan kuota pupuk subsidi ke pemerintah pusat. Yang diharapkan penambahan kuota pupuk bersubsidi ini bisa menutup kekurangan kebutuhan pupuk di Karanganyar.

“Nanti kita ajukan tambahan kuota ke pusat. Jadi sampai akhir tahun untuk pupuk aman, tidak ada persoalan,” katanya.

Dia menjelaskan pupuk subsidi diberikan melalui kartu tani ke petani yang terdata di rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Penurunan alokasi sampai 4.000 ton diharapkan disikapi petani secara cerdas.

Dinas Pertanian bersama stakeholders telah mengedukasi petani memproduksi pupuk organik. Menurutnya, pupuk organik memiliki hasil tak kalah bagus dari pupuk kimia. Pemerintah juga menyediakan pupuk non subsidi bagi petani yang tak mau beralih dari pupuk kimia. Hanya saja harganya jauh lebih mahal.

Ribuan petani di Karanganyar telah memanfaatkan program diskon pupuk nonsubsidi yang digelar Pupuk Indonesia di Gudang Penyalur Pupuk Dagen, Kecamatan Jaten pada Rabu (10/1/2024) lalu.

Petani menebus murah dua sak pupuk nonsubsidi Rp270.000, dari harga normal Rp450.000. Masing-masing satu sak atau seberat 25 kilogram (kg) pupuk Urea dan 25 kg pupuk NPK.

Petani asal Tasikmadu, Jimo, 55, mengatakan tak melewatkan program diskon pupuk nonsubsidi. Karena harga jual pupuk jauh lebih murah 40 persen dari harga normal. Petani tetap membutuhkan pupuk nonsubsidi mengingat ketersediaan pupuk bersubsidi terbatas. Bahkan petani kerap kesulitan untuk mendapatkan.

“Jadi mau enggak mau beli yang nonsubsidi. Mesti harganya mahal tetap dicari supaya bisa tanam,” katanya.

Dia mengatakan persoalan pupuk langka dan harga mahal selalu menjadi momok menakutkan bagi petani setiap musim tanam. Dia berharap pemerintah sering menggelar diskon pupuk nonsubsidi. Karena secara kualitas pupuk non subsidi jauh lebih baik dan mampu menghasilkan panen yang bagus daripada pupuk bersubsidi.

“Saya punya satu patok sawah. Sekali musim tanam minimal butuh tiga sak pupuk, sedangkan jatah pupuk subsidi setahun hanya terbatas. Tidak bisa terpenuhi jadi beli pupuk nonsubsidi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya