SOLOPOS.COM - Ilustrasi bayi (Dok/JIBI)

Anak jalanan Klaten yang merupakan penghuni rumah singgah melahirkan namun tak memiliki biaya.

Solopos.com, KLATEN – Sukarelawan dari rumah singgah kebingungan membiayai salah satu anak jalanan saat menjalani persalinan. Mereka dikejar waktu melunasi pembiayaan terutama biaya tebus kantong darah.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Anak jalanan itu berinisial Yn, 20. Pada Rabu (2/3/2016), Yn menjalani persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bagas Waras. Namun, saat persalinan Yn mengalami pendarahan.

“Karena kebutuhan kantong darah itu kemudian kami carikan ke PMI,” jelas pengurus rumah singgah, Anastasia Murniati, 20, saat ditemui wartawan di RSUD Bagas Waras, Jumat (4/3/2016).

Upaya pencarian kantong darah itu tak berjalan mulus. Lantaran terkendala pembiayaan, sukarelawan meminta rekomendasi ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Dinsosnakertrans) agar pembiayaan kantong darah bisa mendapat pemihakan.

“Kami sempat ke Dinsosnakertrans minta rekomendasi agar ada keringanan biaya. Tetapi, tidak bisa mengeluarkan rekomendasi itu meski kami sudah membawa surat keterangan tidak mampu. Alasannya karena usia Yn tidak lagi anak-anak,” ungkapnya.

Lantaran upaya pencarian rekomendasi tak membuahkan hasil, sukarelawan lantas kembali ke PMI dan meminta agar tetap bisa mengeluarkan kantong darah guna menyembuhkan kondisi Yn setelah mengalami pendarahan.

“Salah satu sukarelawan meninggalkan KTP sebagai jaminan agar kantong darah bisa keluar. Akhirnya diberi dua kantong darah dan kami diberi waktu hingga Sabtu [5/3/2016] melunasi biaya pengambilan kantong darah Rp720.000,” urai dia.

Anastasia mengaku belum memiliki solusi guna melunasi kantong darah lantaran tak memiliki biaya. Soal pembiayaan di rumah sakit, ia mengatakan sudah mengupayakan melalui jaminan kesehatan daerah (Jamkesda).

“Biaya persalinan sekitar Rp2,5 juta belum termasuk untuk biaya rawat inap. Tadi sudah kami urus untuk Jamkesda. Informasinya sudah bisa dipihaki melalui Jamkesda,” jelasnya.

Yn merupakan anak jalanan yang sempat tinggal di rumah singgah pada 2015 lalu. Yn sudah memiliki seorang anak berumur empat tahun yang juga tinggal di rumah singgah.

Selama ini, Yn menjadi pengamen meski sebelumnya pernah menjadi pekerja seks komersial (PSK) guna memenuhi kebutuhan hidup.

“Setelah masuk ke rumah singgah itu, Yn beralih menjadi pengamen. Ia menjadi seperti itu karena pernah mengalami kekerasan seksual,” urai dia.

Terkait upaya menghubungi keluarga Yn guna membantu pembiayaan, Anastasia mengaku sudah melakukan. Namun, upaya itu tak membuahkan hasil. “Saya coba menghubungi ibunya. Tetapi, terkesan acuh,” ujar dia.

Rumah Singgah yang berlokasi di Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah, sudah menampung sekitar 96 anak jalanan. Sebagian ada yang tinggal di tempat tersebut. Selama ini, mereka dibina para sukarelawan dengan biaya yang kebanyakan berasal dari swadaya.

Sementara itu, Yn mengatakan putri yang ia lahirkan dalam kondisi sehat dengan berat badan 3,2 kg. Soal pembiayaan kantong darah, ia hanya berharap ada pihak-pihak yang bersedia membantu.

Direktur RSUD Bagas Waras, Limawan Budi Wibawa, mengatakan akan mengecek kondisi Yn. “Segera kami lacak. Kami lihat dulu apakah bisa mendapatkan keringanan itu. Kalau bisa, akan kami bebaskan pembiayaan. Yang jelas, kami akan upayakan keringanan,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya