Soloraya
Rabu, 28 November 2012 - 23:57 WIB

ANCAMAN FLU BURUNG: Pengelola Pasar Awasi Jual Beli Bebek

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

WONOGIRI — Pengelola pasar mengawasai transaksi jual beli bebek dan ayam menyusul temuan kasus flu burung atau avian influenza (AI) di Desa Semin, Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri.
Advertisement

Sementara itu, khawatir akan kemungkinan penyebaran virus AI, sejumlah peternak mulai menjual bebek mereka yang masih sehat. Satu ekor bebek dihargai Rp22.000. Kepala Pasar Kota Wonogiri, Hardoyo kepada Solopos.com, Rabu (28/11/2012), mengungkapkan pengawasan terhadap transaksi jual beli unggas mulai dilakukan pekan ini. Biasanya, kata dia, transaksi jual beli bebek dan ayam terjadi di halaman pasar pada pagi hari. Jumlah pedagang berbeda-beda setiap hari, namun berkisar 10-15 orang per hari.

“Setelah mendapat edaran dari dinas pekan lalu, kami bergerak untuk sosialisasi ke pedagang agar waspada flu burung. Petugas pasar juga mulai mengawasi kalau ada temuan mencurigakan,” terang Hardoyo.

Kewaspadaan juga dilakukan di Pasar Ngadirojo. Kepala Pasar Ngadirojo, Agus Handoko, menjelaskan kendati di pasar setempat jual beli unggas hanya terjadi setiap hari pasaran Pon, namun pengawasan tetap dilakukan. Selain di pasar, lalu lintas unggas juga dikendalikan di masing-masing kecamatan.

Advertisement

Petugas teknik Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (Disnakperla) Kecamatan Nguntoronadi, Sriyono, menjelaskan semua orang yang terlibat dalam lalu lintas unggas, khususnya bebek, diharuskan menggunakan desinfektan untuk mencegah kontaminasi. Prosedurnya, semua orang yang membawa unggas bisa menyambangi kantor petugas peternakan di kecamatan setempat. “Kami menyiapkan desinfektan yang mencukupi. Kalau kurang kami bisa minta lagi,” ujar dia.
Di Wonogiri sendiri ada sedikitnya 1.500 peternak bebek dengan populasi mencapai 46.775 ekor.

Kepala Disnakperla Wonogiri, Rully Pramono Retno, menyebutkan peternak bebek tersebar merata di 25 kecamatan. Untuk itu, dia telah mengimbau semua kecamatan agar mengawasi lalu lintas bebek dan unggas lain sekaligus melakukan langkah pencegahan dengan menyemprotkan desinfektan untuk setiap orang yang terlibat lalu lintas unggas.
Sementara itu, peternak mulai mengikuti anjuran Disnakperla Wonogiri untuk menjual unggas mereka kendati kondisi ternak masih sehat. Pasalnya, meskipun kandang dipisah bebek yang sempat hidup dengan bebek yang terjangkiti AI berpotensi mengalami sakit serupa. Perangkat Desa Semin, Nguntoronadi, Haryanto, menyatakan warga mulai menjual bebek mereka karena takut semua bebek mati. “Memang harganya jauh lebih murah, tapi warga sadar itu lebih menguntungkan,” ujar dia. (Tika Sekar Arum)

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif