SOLOPOS.COM - Pemimpin BUlog Cabang Surakarta, Andy Nugroho. (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO–Menjabat sebagai Pemimpin Cabang Badan Urusan Logistik (Bulog) Surakarta tak membuat Andy Nugroho enggan turun ke lapangan. Ia justru suka meninjau langsung seperti apa kondisi dan dinamika masyarakat.

Andy Nugroho merupakan potret pemimpin muda yang menjabat sebagai pimpinan cabang Bulog di usianya yang masih 36 tahun. Sebelum ditugaskan di Kota Solo, Andy yang meniti kariernya sejak 13 tahun lalu dipercaya untuk berkarya di beberapa kantor Perum Bulog. Beberapa kali dia berpindah tugas mulai dari Perum Bulog Kantor Cabang Pati, Kantor Cabang Semarang, hingga Kantor Wilayah Semarang sebagai Wakil Pimpinan Cabang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kesukaannya untuk ikut terjun ke lapangan bukan tanpa sebab. Andy menilai lapangan menjadi sumber inspirasi dan ide-ide. Pasalnya, ia kerap kali menemukan ide justru saat melihat dan merasakan langsung bagaimana kondisi di lapangan. Seusai berbincang dengan Espos di kantornya, Rabu (15/11/2022) siang, Andy bercerita hari itu juga dirinya hendak ikut para kolega untuk survei lapangan ke Kabupaten Sragen.

“Ada banyak ide dan inspirasi yang kadang hanya bisa muncul saat saya di lapangan. Tahu-tahu oh ini bagusnya begini, baiknya begini, solusinya begini,” kata Andy. Kebiasaan itu tak terlepas dari amanah baru bagi Andy. Belum ada satu tahun Andy bertugas sebagai Pemipin Perum Bulog Cabang Surakarta. Baru pertengahan 2022 ia dipindah tugas dari Jakarta ke Solo. Kondisi itu membuatnya harus banyak tahu seperti apa kondisi dan dinamisasi di Kota Bengawan, utamanya untuk urusan logistik.

Ada dua hal yang menjadi tantangan bagi Andy. Pertama, Cabang Perum Bulog di Kota Solo bagi Andy merupakan cabang yang spesial. Dalam klasifikasi kelas, Perum Bulog Cabang Surakarta termasuk kelas A. Karenanya target penjualan, program, dan sumber daya manusia (SDM) jauh lebih banyak dibanding kelas di bawahnya. “Tapi kalau secara ke-Bulog-an di Solo ini ada klasifikasi cabang. Di Solo itu cabangnya kelas A bisa dibilang cabang besar. Konsekuensinya ya target dan SDM lebih banyak,” tutur Andy.

Baca juga: Kementan Klaim Produksi Beras Nasional Aman hingga Akhir 2022

Kedua, Kota Solo dinilai menjadi magnet kegiatan di Soloraya. Bahkan beberapa agenda kelas internasional juga digelar di Kota Solo. Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berasal dari Kota Solo. Konsekuesinya Kota Solo mempunyai banyak tamu baik dari kalangan pejabat, korporasi, artis, dan wisatawan. Hal itu menjadi sebuah standar baru bagi Andy dan Perum Bulog untuk bekerja dan meningkatkan performa.

“Kalau kita bicara lingkup Solo dalam hal Soloraya di sini tempatnya Presiden RI dan keluarga jadi mau enggak mau kita lebih perfect, instansi mana saja saya kira. Ini jadi tantangan,” lanjutnya.

Tantangan Mengoptimalkan Potensi

Ketiga, berbicara Kota Solo tak lepas dari wilayah aglomerasinya yakni Soloraya. Kota Solo memang bukan merupakan sentra beras. Namun hampir seluruh wilayah aglomerasi Soloraya merupakan produsen beras. Di antaranya Klaten, Boyolali, Sragen, Sukoharjo, dan Wonogiri. Ini juga menjadi tantangan Andy agar bisa mengoptimalkan potensi di wilayah Soloraya.

“Soloraya ini kan termasuk sentra beras. Karenanya kita harus bisa optimalkan dan menyerap [pasar] dalam jumlah banyak. Waktu saya ditugaskan di sini, waduh kok langsung ke daerah yang kelasnya kelas besar. Target, penyerapan, penjualan besar. Tapi itu tidak menjadi beban,” kata dia.

Baca juga: Kementan: 1,8 Juta Ton Beras Tersedia di Penggilingan, Tak Perlu Impor!

Setiap target dan masalah yang ia temui adalah tantangan. Namun, Andy berusaha tetap enjoy. Beberapa kali dipindah tugas juga tak menjadi masalah. Bahkan hal itu menjadi semangat tersendiri baginya. Bertemu dengan kolega baru, lingkungan kerja baru, dan budaya kerja baru menjadi hal menarik. Dari situ, ia bisa menambah teman, relasi, wawasan, serta pola pikir yang lebih luas dan adaptif.

Saat ditanya soal target pribadi, Andy hanya mengatakan ia harus bisa berkaca dari pencapaian pemimpin sebelumnya. Minimal sama atau setidaknya ada pencapaian yang lebih baik. “Bagi saya pasang target minimal sama dengan sebelumnya. Ketemu dengan orang dan lingkungan baru itu menarik. Tambah teman, wawasan, mindset lebih luas. Ternyata orang ini dari daerah ini kulturnya seperti ini. Akan bisa adaptasi,” katanya.

Bertemu dengan banyak orang dan budaya kerja baru membawa ingatan Andy saat masa sekolah hingga kuliah. Orang tuanya selalu berpesan carilah teman sebanyak-banyaknya. Ia ingat betul, orang tua selalu berpesan bila banyak ilmu-ilmu yang didapat di luar ruang-ruang kelas. Saat sekolah, ia mengikuti kegiatan olahraga untuk mengoptimalkan bakatnya. Saat berkuliah, Andy aktif di banyak organisasi mahasiswa. Namun di sisi lain, ia harus bisa bertanggung jawab dengan kuliahnya.

“Memang dari dulu saya diajarkan bahwa ilmu di luar akademis itu juga penting. Saya suka organisasi, suka bertemu orang baru. Pasti ada ilmu di sana,” pungkasnya.

(Berita ini telah dimuat di Koran Solopos edisi Sabtu, 19 November 2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya