SOLOPOS.COM - Pelayanan di Gedung Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Boyolali. Foto diambil pada Senin (20/2/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Masa verifikasi jemaah calon haji (JCH) Boyolali telah dilaksanakan pada 31 Januari-1 Februari 2023. Dari hasil tersebut diketahui seorang calon haji atas nama Eka Asmahani asal Sidosari, Karanggeneng, kembali tak diketahui keberadaannya.

Eka Asmahani sebenarnya telah mendapatkan jatah porsi untuk berangkat ke Tanah Suci pada 2015-2016. Calon haji tersebut telah mendaftar sejak 2009. Ia telah dipanggil setiap tahun sejak 2015-2016 untuk berangkat akan tetapi tak pernah ada konfirmasi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Boyolali juga telah menghubungi keluarga Eka Asmahani akan tetapi tidak ditemukan.

”Ketika sudah masuk porsi, kalau tidak konfirmasi pelunasan dan keberangkatan maka tahun berikutnya pasti dipanggil terus selama belum dibatalkan,” ungkap Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kantor Kemenag Boyolali, Sauman, kepada Solopos.com di kantornya, Senin (20/2/2023).

Ia mengungkapkan bagi calon haji yang berhak berangkat akan tetapi tidak dapat berangkat makan akan dilimpahkan ke porsi berikutnya dalam lingkup wilayah Jawa Tengah. Jadi semisal ada calon haji dari Boyolali yang tidak bisa berangkat, penggantinya nanti belum tentu dari Boyolali akan tetapi dari daerah lain di wilayah Jawa Tengah.

Lebih lanjut, Sauman mengatakan ada 831 calon haji yang telah selesai diverifikasi untuk keberangkatan pada 2023. Tujuh orang dilaporkan menunda keberangkatan karena ingin berangkat bersama suami, istri, dan orang tua pada tahun selanjutnya.

Lalu ada 10 orang jatahnya yang dilimpahkan ke ahli waris karena wafat. Ia menginformasikan proses pelimpahan telah selesai dilaksanakan. Kemudian, ada satu calon haji yang terdeteksi telah berangkat haji kurang dari 10 tahun yang lalu sehingga orang tersebut tidak dapat berangkat pada tahun ini.

Sauman menginformasikan berdasarkan aturan, calon haji bisa berangkat setelah minimal 10 tahun dari keberangkatan haji kali terakhir. Ia memerinci 831 calon haji dari Boyolali yang telah diverifikasi terdiri dari tiga kategori.

Pertama, 459 calon haji kategori lunas pada 2020. “Kemudian, karena kuota kembali normal maka urutan porsi ada 316 orang. Lalu yang ketiga, ada prioritas lansia [lanjut usia] sebanyak 56 orang, di Boyolali yang tertua 96 tahun dan termuda 84 tahun,” jelasnya.

Timeline Ibadah Haji 2023

Sebagai informasi, berdasarkan rencana perjalanan haji (RPH) tahun 1444 Hijriah atau 2023 yang ditandatangani Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, dijadwalkan pada 23 Mei calon haji akan memasuki asrama haji di masing-masing embarkasi.

Kemudian, 24 Mei 2023 akan menjadi keberangkatan pertama. Lalu, wukuf di Arafah akan dilaksanakan pada 27 Juni 2023. Selanjutnya, pemulangan pertama jemaah haji pada 4 Juli 2023 dan akhir kedatangan pada 3 Agustus 2023.

Terkait waktu pelunasan untuk 316 calon haji yang masuk urutan porsi dan 56 lansia, Kemenag Boyolali masih menunggu rilis data dan petunjuk teknis (juknis) dari Kemenag pusat. Sauman menginformasikan untuk Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2023 adalah Rp90.050.637,26 per orang. Kemudian, untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) yang ditanggung jemaah rata-rata Rp49.812.700,26.

“Yang sudah lunas 2020 tidak menambah lagi akan tetapi tetap konfirmasi keberangkatan. Kemudian untuk yang calon haji lansia dan baru dapat nomor porsi ini pelunasannya Rp23,5 juta sekian. Karena sudah punya setoran awal Rp25 juta,” jelasnya.

Sauman tak bisa memastikan jumlah pasti Bipih untuk Embarkasi Donohudan karena masih menunggu keputusan pusat. Ia mengungkapkan Bipih calon haji di tiap embarkasi bisa berbeda, biasanya untuk embarkasi yang semakin jauh dari Mekkah juga akan semakin besar Bipihnya.

“Ada 13 embarkasi di Indonesia, dari pengalaman yang sudah berlalu itu semakin jauh embarkasi dari Mekkah maka Bipih juga lebih tinggi,” jelasnya. Sementara itu, berdasarkan penulusuran Solopos.com di Sidosari, Karanggeneng, Boyolali, belum menemukan warga bernama Eka Asmahani.

Beberapa warga mengaku tidak tahu nama tersebut lalu menyarankan untuk datang ke Ketua RW Singkil yang membawahi Sidosari. Ketua RW Singkil, Darminto, saat ditemui Solopos.com, mengungkapkan ada tujuh dukuh di RW 005, Desa Karanggeneng, Boyolali.

Seingatnya, ia juga mengenal banyak warga di daerahnya akan tetapi ia merasa asing dengan nama tersebut. “Ada namanya Ika Hapsari, itu guru dan sudah punya anak satu. Kalau Eka Asmahani saya kok asing ya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya