SOLOPOS.COM - Warga Desa Tanggulangin, Nandar Suyadi, menunjukkan lumpang yang terpendam di tengah-tengah jalan, di Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, Kamis (2/2/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Jalan Desa Tanggulangin, Kecamatan Jatisrono, Wonogiri, cukup mulus kecuali satu lubang di tengah jalan yang ternyata menyimpan kisah misterius mengenai asal mulanya. Usut punya usut, lubang kecil di tengah jalan itu sebenarnya adalah lumpang batu.

Dari cerita warga sekitar, lumpang itu dibiarkan di tengah jalan karena memang tidak mau dipindahkan. Setiap kali warga berusaha memidahkan lumpang batu itu ke tempat lain, lumpang itu kembali lagi ke tempatnya semula.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Salah satu warga Desa Tanggulangin, Nandar Suyadi, kepada Solopos.com, Senin (6/2/2023), mengatakan ada tiga lumpang batu yang asal usulnya misterius di Desa Tanggulangin. Lokasi ketiga lumpang itu berdekatan.

Satu lumpang di pinggir jalan, satu di tengah jalan, dan satu lagi di halaman rumah warga. “Yang paling unik itu lumpang yang di tengah jalan,” kata pria yang akrab disapa Yadi itu.

Dia menjelaskan sepengetahuan dia dan berdasarkan cerita dari sesepuh desa, lumpang batu misterius di Tanggulangin, Jatisrono, Wonogiri, tersebut pernah dipindahkan sebanyak tiga. Kali pertama dipindahkan pada zaman dulu, dia tidak tahu pasti angka tahunnya.

“Yang pertama itu zaman dulu sekali, kata simbah-simbah dulu, itu dipindah malah agak jauh dari tempat semula. Di tegalan,” ujar dia. Pemindahan dilakukan karena di tempat lumpang itu berada akan dibangun jalan.

Kemudian entah bagaimana lumpang tersebut kembali lagi ke tempat semula. Berada di tengah-tengah jalan. Menurut Yadi, diameter lumpang itu tidak terlalu lebar, hanya sekitar sekitar setengah meter. 

Membentuk Lubang

Kali kedua lumpang dipindahkan yaitu pada saat pembangunan jalan batu kali pertama pada 1994. Lumpang dipindahkan ke pinggir jalan. Lagi-lagi, lumpang itu kembali ke tengah jalan tanpa ada yang tahu siapa yang memindahkannya. 

Pemindahan terakhir terjadi pada saat jalan tersebut hendak diaspal untuk kali pertama, yaitu pada 2004. Batu lumpang dipindahkan tidak jauh dari lokasi awal, yaitu dipinggirkan agar tidak berada di tengah. Tetapi keesokan harinya lumpang batu misterius di Jatisrono, Wonogiri, itu sudah ada di tempat semula.

“Dulu lumpang itu posisinya enggak seperti sekarang, dulu di atas tanah. Kemudian oleh warga agak dikubur dan diaspal karena enggak mau dipindahkan,” ucap Yadi.

Sampai saat ini ketika dilakukan pengaspalan di titik lumpang itu selalu saja aspal tersebut tidak bertahan lama. Lumpang itu selalu meski membentuk lubang di tengah jalan. Kendati begitu, belum pernah ada warga yang terjatuh di tempat tersebut.

Menurut Yadi, pada 2021, warga sempat berdiskusi soal apakah lumpang tersebut akan dipindahkan atau tidak untuk perbaikan jalan. Para warga sepakat lumpang tersebut tidak akan dipindahkan, melainkan akan ditimbun dengan menggunakan rangka besi kemudian diaspal.

“Warga masih percaya lumpang itu masih ada semacam penunggunya,” kata dia. Sementara itu, berdasarkan cerita dari beberapa sesepuh Desa Tanggulangin, Jatisrono, Wonogiri, tiga lumpang misterius tersebut merupakan peninggalan dari seorang tokoh bernama Sapu Arap Sapu Angin.

Harta Karun Emas

Tokoh itu dikenal sebagai seorang pertapa dan dipercaya memiliki ilmu sakti mandraguna. Dia memiliki dua anak perempuan Marnis dan Marning. Namun, suatu ketika ketiganya menghilang secara tiba-tiba tanpa diketahui warga desa.

Banyak warga yang percaya tokoh tersebut telah pergi dengan cara moksa. “Dulu beberapa warga sering melihat tiga orang itu duduk di tiga lumpang yang ditinggalkan,” kata Suyadi.

Beberapa warga memercayai bahwa di bawah tiga lumpang itu terdapat harta karun berwujud emas. Tetapi mereka tidak berani mengambil karena takut menerima musibah.

Suatu ketika pada 2015 ada warga dan orang luar desa yang diam-diam mencari harta karun itu di bawah lumpang yang berada di pinggir jalan. Pencarian itu dilakukan pada dini hari dengan cara digali. 

Penggalian itu tidak seizin warga atau pemerintah setempat sehingga membuat warga marah. Pelalu kemudian digelandang ke polisi dan diberi hukuman mengembalikan tanah yang digali dan memindahkan lumpang ke tempat semula. 

Kepala Desa Tanggulangin, Marsih, membenarkan cerita tersebut. Menurut dia, keberadaan lumpang itu menjadi nama dukuh setempat, yaitu Dukuh Nglumpang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya