SOLOPOS.COM - HIV/AIDS (JIBI/Dok)

Solopos.com, SOLO–Pengidap HIV/AIDS yang berhenti menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) atau loss to follow up (LFU) sekitar 40%. Tingginya angka LFU menjadi problem serius dalam program pengendalian HIV/AIDS di Kota Solo.

Jumlah pengidap baru HIV/AIDS yang ditemukan di Kota Solo selama semester I 2023 sebanyak 226 orang.Mereka tak hanya berasal dari Solo, melainkan daerah lain di Tanah Air.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Jumlah pengidap baru HIV/AIDS yang berasal dari Kota Solo sebanyak 69 orang. Sedangkan, pengidap baru HIV/AIDS yang berasal dari luar Solo sebanyak 157 orang.

“Dari total jumlah pengidap baru sebanyak 226 orang, pengidap yang meminum obat ARV sebanyak 143 orang. Sedangkan, 83 orang belum menjalani terapi ARV. Angkanya cukup tinggi sekitar 40%,” kata pengelola program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo, Tommy Pranoto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (14/8/2023).

Menurut Tommy, pengidap HIV/AIDS masuk kategori LFU jika berhenti menjalani terapi ARV selama tiga bulan berturut-turut. Banyak faktor pengidap HIV/AIDS berhenti meminum obat. Mereka merasa kondisi kesehatannya sudah fit atau sembuh sehingga berhenti meminum obat.

Padahal, terapi ARV hanya mencegah virus HIV berkembang biak sehingga jumlah virus dalam darah atau viral load bisa berkurang. Selain itu, tak sedikit pengidap HIV/AIDS yang merasa putus asa sehingga berhenti meminum obat.

“Bisa jadi, mereka mengalami stres berat dan depresi sehingga lari. Tidak lagi meminum obat ARV. Padahal, terapi ARV harus diminum setiap hari. Tidak boleh putus,” ujar dia.

Tommy menyebut angka LFU di Soloraya cukup tinggi, yakni sebanyak 749 orang. Mereka berisiko tinggi dan berpotensi menularkan virus saat berhubungan dengan orang lain. Permasalahan ini menjadi perhatian serius pemerintah dan para stakeholder dalam penanganan kasus HIV/AIDS.

Pemahaman masyarakat terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS harus ditingkatkan dengan melibatkan masyarakat.

“Kelompok berisiko tinggi didorong agar melakukan voluntary counselling test (VCT) di fasilitas kesehatan (faskes) terdekat. Untuk mengetahui status kesehatan apakah terinfeksi virus HIV/AIDS atau tidak,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya