SOLOPOS.COM - Ilustrasi bunuh diri (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, WONOGIRI — Kasus meninggal dunia karena bunuh diri di Kabupaten Wonogiri dinilai tinggi. Meski baru berjalan tiga bulan di tahun 2022, ternyata kasus bunuh diri yang terjadi sudah mencapai separuh kejadian dari tahun 2021.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, sepanjang Januari-Maret 2022, telah terjadi empat kali kasus bunuh diri. Kali terakhir, SJ, 80, asal Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di rumahnya, Senin (28/3/2022) pagi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dibandingkan dengan setahun sebelumnya, angka bunuh diri di Wonogiri tahun 2021 mencapai delapan kasus. Artinya, angka bunuh diri di Wonogiri selama triwulan I tahun 2022 telah mencapi separuhnya dari tahun 2021.

Baca Juga: Diduga Depresi, Warga Sidoharjo Wonogiri Meninggal Gantung Diri

Mayoritas kasus bunuh diri di Wonogiri di tahun 2022 dialami kalangan lansia, di atas 60 tahun. Terkecuali kasus bunuh diri yang terjadi, Rabu (16/3/2022), dengan korban bunuh diri dari kalangan pemuda berusia 27 tahun.

Psikolog menyebutkan ada hal menarik dari kasus bunuh diri yang terjadi di Wonogiri, dalam beberapa waktu terakhir. Dibutuhkan kerja sama lintas sektoral sebagai langkah antisipasi dan pencegahannya. Hal itu dapat diawali dengan meraba akar permasalahan dari setiap kasus bunuh diri.

“Kita harus tahu terlebih dahulu kebanyakan masalahnya karena apa? Bisa dari ekonomi, kondisi spiritual, dan kepedulian lingkungan. Sebenarnya dari lingkungan itu sudah ada tanda-tanda yang mengarah ke depresi. Tanda-tanda itu harus dipahami anggota keluarganya,” kata Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi, Yustinus Joko Dwi Nugroho, saat dihubungi Solopos.com, Senin (28/3/2022).

Baca Juga: Sakit Menahun, Nenek-Nenek Asal Selogiri Wonogiri Gantung Diri

Penyuluhan Kesehatan Jiwa

Camat Pracimantoro, Warsito, mengatakan di wilayahnya sudah terdapat penyuluhan kesehatan jiwa yang menyasar ke berbagai desa. Setiap bulan sekali, Puskesmas berkunjung ke desa-desa.

“Selama ini, warga yang terdata dalam pengawasan Puskesmas sebagai pasien kejiwaan sudah diberi pengobatan rutin,” katanya.

Kepala UPTD Puskesmas Pracimantoro II, dr. Priska Dewi Kusuma, mengatakan program penyuluhan kesehatan jiwa menjadi agenda rutin karena masuk di anggaran bantuan operasional kesehatan (BOK). Setiap tahunnya, Puskesmas selalu melakukan validasi data untuk menghitung jumlah gangguan jiwa.

Baca Juga: Terlilit Utang Pinjol, IRT Asal Giriwoyo Wonogiri Nekat Gantung Diri

“Kami bekerja sama dengan Posyandu untuk ke sekolah dan rumah warga. Tujuannya mendeteksi masalah kejiwaan sekaligus konseling,” kata dia.

Priska mengatakan angka kasus bunuh diri di Kecamatan Pracimantoro cukup tinggi. Setiap tahun dapat dipastikan muncul kasus warga yang bunuh diri.

“Dalam kasus SJ itu tak masuk dalam data Puskesmas [berbeda dengan pemuda berusia 27 tahun asal Desa Gambirmanis meninggal dunia karena bunuh diri, beberapa waktu sebelumnya],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya