SOLOPOS.COM - Deretan angkutan kota (angkot) yang berjejer rapi di Terminal Angkot kawasan Pasar Ir. Soekarno Sukoharjo, Selasa (5/7/2022). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO— Bisnis transportasi berbasis dalam jaringan (daring) berkembang pesat di Kabupaten Sukoharjo. Akibatnya,  penumpang angkutan kota (angkot) menjadi sepi.

Kini, angkot yang mengaspal di jalanan Sukoharjo  menyisakan lima jalur. Masyarakat lebih memilih transportasi online karena dianggap praktis, mudah, dan cepat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kondisi diperparah dengan membengkaknya biaya operasional. Hal itu menjadi penyebab utama perusahaan otobus (PO) lokal menutup usahanya. Kondisi keuangan perusahaan tak kuat lagi menanggung beban operasional lantaran minimnya pendapatan yang diterima setiap hari.

Analis Kebijakan Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Sukoharjo, Eko Prih Hartanto, mengatakan awalnya ada 11 jalur trayek angkot di Sukoharjo. Lambat laun, beberapa jalur angkot ditutup lantaran tidak ada penumpang.

Baca juga: Tahukah Anda? 93 Istilah Unik Ini Populer di Dunia Bus Indonesia

“Sekarang hanya ada lima jalur trayek angkot. Yakni, jalur I, III, IV, VII, dan Watukelir-Krisak, Wonogiri. Itu pun hanya beberapa unit angkot yang masih bertahan beroperasi. Sejak muncul pandemi Covid-19 banyak angkot tidak beroperasi lagi,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (5/7/2022).

Eko kemudian mencontohkan angkot jalur III dengan jurusan Sukoharjo-Mojolaban-Palur hanya menyisakan 10 unit. Saat ini, angkot jalur III hanya melayani penumpang di wilayah Mojolaban.

Sopir angkot enggan mengaspal sampai Sukoharjo lantaran sepinya penumpang. Setelah mendapat penumpang di Pasar Bekonang dan sekitarnya, sopir angkot langsung kembali ke Palur.

Begitu pula dengan angkot jalur IV dengan jurusan Sukoharjo-Grogol-Tanjunganom. “Beban operasional yang ditanggung awak angkot bakal bertambah. Jadi istilahnya mungkin hanya setengah trayek karena tak sampai Sukoharjo,” ujar dia.

Kemudian, angkot jalur VII dengan jurusan Majasto dan Tawangsari hanya menyisakan satu unit. Sebelumnya, jumlah angkot jalur VII mencapai sekitar 20 unit.

Baca juga: KRL Solo-Jogja Sampai Palur Mulai Juli 2022, Kapan Sampai Madiun?

Bahkan, trayek angkot jalur VII terancam ditutup lantaran hanya satu unit yang beroperasi. “Itu pun kadang beroperasi, kadang tidak. Lebih banyak tidak beroperasi mencari penumpang sejak pandemi hingga sekarang,” papar dia.

Tak hanya ruas jalan utama di wilayah perkotaan, ada beberapa jalur angkot yang melayani penumpang hingga wilayah perdesaan. Bahkan, ada angkot yang siap mengantar penumpang dari kawasan Watukelir-Terminal Krisak, Wonogiri.

Dahulu, angkot menjadi moda transportasi andalan para pelajar maupun buruh pabrik. Mereka naik angkot saat berangkat dan pulang sekolah. Kini, para pelajar dan buruh pabrik memilih membeli sepeda motor kendati harus membayar angsuran setiap bulan.

“Nasib angkot seperti peribahasa hidup segan mati tak mau. Banyak pengusaha angkot yang menutup usahanya. Tak lagi untung, malah justru merugi karena harus ada anggaran mengganti sparepart, ganti oli, dan service mesin,” kata seorang sopir angkot, Wakidi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya