Soloraya
Selasa, 2 Juli 2013 - 08:10 WIB

ANOMALI CUACA : Kualitas Jagung di Tulung Klaten Turun

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah buruh tani memanen jagung di ladang yang ada di Sudimoro, Kecamatan Tulung, Klaten, Senin (1/7/2013). Kualitas jagung menurun akibat anomali cuaca yang terjadi beberapa waktu lalu. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)


Sejumlah buruh tani memanen jagung di ladang yang ada di Sudimoro, Kecamatan Tulung, Klaten, Senin (1/7/2013). Kualitas jagung menurun akibat anomali cuaca yang terjadi beberapa waktu lalu. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Dampak anomali menyebabkan kualitas jagung di Kecamatan Tulung, Klaten anjlok hingga 20%.

Advertisement

Salah satu petani jagung di Tulung, Sarwoto, mengungkapkan cuaca ekstrem menyebabkan tanaman terlalu banyak menyerap air. Akibatnya, kandungan air dalam tanaman menjadi berlebihan dan mempengaruhi kualitas jagung.

“Keadaan demikian cukup menyulitkan petani karena kualitasnya bisa berkurang 15 persen hingga 20 persen,” paparnya saat ditemui wartawan di daerah Tulung, Senin (1/7/2013).

Saat dikeringkan, jagung juga mengalami penyusutan yang lebih dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya. Meski Tulung merupakan salah satu daerah yang cocok ditanami jagung, namun anomali cuaca tetap mempengaruhi kualitas tanaman. Hal serupa juga dikatakan oleh petani jagung asal Sudimoro, Tulung, Siti Khotijah, Senin.

Advertisement

“Baru kali ini  hasilnya mengalami penurunan, sebab beberapa waktu lalu masih sering terjadi hujan deras,” imbuhnya.

Pupuk Kandang

Sementara, berbagai upaya petani pun telah dilakukan, salah satunya bekerja sama dengan Center de Cooperation Internationale en Recherche Agronomique Pour le Development (CIRAD) Prancis dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta sejak 2011.

Advertisement

Kedua lembaga itu membina kelompok tani Dadi Luhur yang ada di Jembangan, Sudimoro, Tulung, Klaten. Tak kurang dari 2 hektare lahan tanaman jagung dari 20 anggota kelompok tani itu menjadi objek penelitian mereka. Koordinator deplot lahan jagung, Sarwoto, mengungkapkan kedua lembaga itu salah satunya menekankan kepada petani untuk menggunakan pupuk kandang. Menurutnya,mindset petani di Tulung masih banyak yang memilih menggunakan pupuk kimia.

“Berdasarkan kebiasaan, jika hasil tanaman bagus, petani akan tambah berani menggunakan pupuk kimia, padahal itu belum tentu,” jelasnya kepada wartawan, Senin. Hal itu mengakibatkan pemborosan pupuk dan menyebabkan kesuburan tanah berkurang.

Dalam pembinaan, kedua lembaga itu menyarankan untuk menggunakan sejumlah campuran pupuk untuk beberapa jenis varian jagung. Setelah dicoba, lahan milik kelompok tani miliknya berhasil memanen dengan jumlah lebih banyak pada 2012. Hingga saat ini, kelompok tani itu masih menjadi binaan kedua lembaga tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif