Soloraya
Jumat, 10 November 2023 - 06:00 WIB

Anomali Pertanian Tembakau di Wonogiri, Petani Tambah tapi Luas Lahan Berkurang

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani tembakau di Tegalharjo, Eromoko, Wonogiri, menjemur tembaku rajang di halaman rumahnya, Rabu (8/11/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Data Dinas Pertanian (Dispertan) Pangan Wonogiri menunjukkan adanya anomali terkait perkembangan budi daya tembakau. Jumlah petani tembakau meningkat selama tiga tahun terakhir.

Namun, luas lahan yang ditanam malam berkurang. Dispertan dan Pangan mencatat pada 2020–2022 jumlah petani tembakau secara berturut-turut 5.581, 6.544, dan 7.468 orang.

Advertisement

Tetapi luas tanam dan produksi tembakau justru menurun. Pada 2020, luas tanam tembakau 2.483 hektare (ha) dengan total produksi 4.953 ton.

Kemudian pada 2021 luas tanam tembakau seluas 1.511 ha dengan total produksi sebanyak 3.014 ton. Berikutnya pada 2022 luas tanam tembakau seluas 1.571 ha dengan total produksi sebanyak 1.354 ton.

Advertisement

Kemudian pada 2021 luas tanam tembakau seluas 1.511 ha dengan total produksi sebanyak 3.014 ton. Berikutnya pada 2022 luas tanam tembakau seluas 1.571 ha dengan total produksi sebanyak 1.354 ton.

Luas lahan yang ditanami tembakau di Wonogiri pada 2022 itu menyebar di 15 dari total 25 kecamatan dengan area tanam paling luas di Kecamatan Eromoko. Disusul Kecamatan Giriwoyo dan Kecamatan Wuryantoro.

Sedangkan luasan paling sedikit yakni di Kecamatan Puhpelem. Berikut perincian data luas lahan tanaman dan hasil panen tembakau di 15 kecamatan di Wonogiri menurut data Dispertan Pangan dan Badan Pusat Statistis (BPS) tahun 2022:

Advertisement

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatana Eromoko, Veronica, mengatakan varietas tembakau yang ditanam petani di wilayah tersebut saat ini kebanyakan varietas Rasa dan Novi.

Bermitra atau Mandiri

Satu hektare lahan umumnya bisa ditanami 36.000 batang tembakau dan menghasilkan 1,2 ton-1,8 ton daun tembakau. Cuaca menjadi kendala utama dalam penanaman tembakau. Semakin tidak banyak hujan, kualitas tembakau hasil panen semakin baik.

“Itu mengapa hari ini harga tembakau tinggi karena kualitas tembakau bagus akibat kemarau panjang,” kata Veronica kepada Solopos.com, Kamis (9/11/2023).

Advertisement

Harga yang tinggi mencapai Rp50.000/kg membuat petani tembakau di Eromoko, Wonogiri, semringah pada panen tahun ini. Hasil panen itu dijual ke perusahaan rokok yang menjadi mitra. Meskipun ada juga petani yang menjual langsung ke tengkulak karena menganggap menjual ke perusahaan tidak fair.

Grader atau penilai kualitas tembakau yang dikirim perusahaan mitra dinilai tidak fair dan tidak transparan dalam menentukan harga dan kualitas tembakau yang dibeli dari petani. Selain itu, kadang tidak semua tembakau yang diambil dari petani dibeli oleh perusahaan.

Jika grader menganggap kualitasnya kurang layak, tembakau akan dikembalikan ke petani. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, mengatakan mayoritas petani tembakau di Wonogiri mengikuti sistem kemitraan.

Advertisement

Dia mengaku sepakat dengan pendapat petani yang menyebut sistem kemitraan dengan perusahaan kerap tidak transparan. Hal itu karena tidak adanya keterbukaan harga tembakau dari perusahaan mitra. Di sisi lain, tidak ada yang bisa menjamin grader sebagai penilai kualitas tembakau bersikap jujur.

Baroto menjelaskan saat ini sudah banyak petani yang menanam tembakau secara mandiri. Mereka tidak mau terikat dengan kemitraan dan lebih memilih menjual tembakau langsung ke tengkulak. Sebab hal itu dinilai lebih transparan meski sebenarnya tidak ada jaminan juga terus dibeli

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif