Soloraya
Sabtu, 28 Agustus 2021 - 21:38 WIB

Antisipasi Kebakaran Hutan Lindung, Perhutani Adaptasi Hydrant

Candra Mantovani  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bukit Mongkrang, Tawangmangu yang juga sebagian wilayahnya terkategori sebagai hutan lindung. Foto diambil Sabtu (28/8/2021). (Solopos.com/Candra Mantovani)

Solopos.com, KARANGANYAR – BKPH Lawu Utara KPH Surakarta berencana untuk membuat stop kran yang berfungsi seperti hydrant sebagai langkah antisipasi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di kawasan hutan Gunung Lawu.

Asper BKPH Lawu Utara KPH Surakarta, Widodo, mengatakan selain menggencarkan sosialisasi dan sanksi pelaku pembakaran hutan ke masyarakat. Pihaknya juga menggagas ide untuk efisiensi antisipasi Karhutla.

Advertisement

Ide yang akan direalisasikan menurutnya mengadaptasi sistem hydrant di kawasan perkotaan yang diterapkan di kawasan hutan lindung. Rencananya, sejumlah stop kran yang berfungsi seperti hydrant dari sejumlah mata air besar akan ditempatkan sebanyak mungkin di semua kawasan hutan lindung.

“Ini hasil diskusi dengan masyarakat peduli api (MPA) di Gondosuli. Kami berpikir kalau di kota Pemadam Kebakaran bisa dengan cepat mengatasi kebakaran. Karena banyaknya sumber air melalui hydrant yang tersebar di banyak titik. Kami ingin mengadaptasi itu di hutan. Dengan sistem stop kran dari pipa pengguna air di sejumlah mata air besar. Jadi akan memudahkan pencarian sumber air kalau terjadi kebakaran hutan,” ungkap dia kepada Solopos.com, Sabtu (28/8/2021).

Advertisement

“Ini hasil diskusi dengan masyarakat peduli api (MPA) di Gondosuli. Kami berpikir kalau di kota Pemadam Kebakaran bisa dengan cepat mengatasi kebakaran. Karena banyaknya sumber air melalui hydrant yang tersebar di banyak titik. Kami ingin mengadaptasi itu di hutan. Dengan sistem stop kran dari pipa pengguna air di sejumlah mata air besar. Jadi akan memudahkan pencarian sumber air kalau terjadi kebakaran hutan,” ungkap dia kepada Solopos.com, Sabtu (28/8/2021).

Baca juga: Wahyu Kliyu, Upacara Unik Perlambang Rasa Syukur di Lereng Gunung Lawu

Menurutnya, sampai saat ini sumber air yang tersedia untuk digunakan ada di jalur pendakian tambak menggunakan tandon air. Lalu di Pos 3 jalur pendakian via Candi Ceto mengadopsi sistem stop kran. Pemasangan stop kran menurutnya akan dilakukan bertahap bekerjasama dengan berbagai stakeholder dan kelompok masyarakat.

Advertisement

“Karena kejadian kebakaran tidak bisa diprediksi kapan dan di mana lokasinya, kami harap bisa membuat sebanyak mungkin. Tapi semua tetap dilakukan bertahap. Kami menyasar semua titik sumber air dan masih dalam tahap pendataan,” beber dia.

Baca juga: Hai Pendaki! Waspadai Cuaca Ekstrem di Gunung Lawu

Luasan Hutan Lindung

Untuk diketahui, BKPH Lawu Utara KPH Surakarta, saat ini bertanggung jawab mengawasi kawasan hutan seluas sekitar 5.820 hektare. Sebanyak 95% dari total luasan hutan tersebut dikategorikan sebagai hutan lindung.

Advertisement

Berdasarkan data yang dimiliki Espos, kali terakhir kebakaran hutan terjadi di lereng Gunung Lawu di wilayah BKPH Lawu Utara pada Oktober 2019. Kebakaran hutan terjadi pada 8 Oktober 2019 di lokasi petak 63c-1 kelas hutan HL di Desa Gondosuli, Tawangmangu, Karanganyar yang menghanguskan lahan seluas 0,5 hektare.

Setelah itu, kebakaran hutan kembali terjadi di Desa Anggrasmanis, Jenawi tepatnya di petak 63A-RPH Nglerak dan di petak 63RPH Tambak, BKPH Lawu Utara pada 21 Oktober 2019.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif