SOLOPOS.COM - Petugas medis dari Dinas Kesehatan Sragen memeriksa kondisi kesehatan para sopir bus di Terminal Pilangsari Sragen, Rabu (8/7/2015). Tim gabungan juga memeriksa kondisi fisik kendaraan beserta kelengkapan surat-suratnya. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Antisipasi kecelakaan dilakukan dengan pemeriksaan terhadap puluhan sopir bus. 

Solopos.com, SRAGEN-Sebanyak 32 sopir bus antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi (AKDP) diperiksa kondisi kesehatannya oleh tim gabungan di Terminal Pilangsari, Sragen, Rabu (8/7/2015). Sebanyak 15 sopir di antaranya mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Tim gabungan yang terdiri atas petugas Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo), Satlantas Polres Sragen, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Satpol PP, Jasa Raharja dan lain-lain juga mengecek kelaikan jalan dari bus AKAP dan AKDP. Tim gabungan memeriksa kondisi fisik kendaraan dan kelengkapan surat-suratnya. Dalam pemeriksaan itu, tim gabungan menemukan baut pada roda bus yang terlepas.

“Kami minta roda itu segera diperbaiki. Kalau tidak diperbaiki ya kami minta bus itu tidak dioperasikan,” kata Kabid Pengendalian dan Operasi Dishub Sragen, Sukirno, saat ditemui di lokasi.

Selain memeriksa kondisi fisik bus dan kelengkapan surat-suratnya, tim gabungan juga memeriksa kondisi kesehatan para sopir. Para sopir harus menghentikan laju busnya untuk mengikuti tes kesehatan. Selain memeriksa tekanan darah dengan alat tensimeter, para sopir juga diminta menghirup alat pendeteksi alkohol atau alcohol detector.

“Dari 32 sopir yang diperiksa, ada 15 sopir yang memiliki tekanan darah tinggi. Tensi darah mereka mencapai 140/90 [mmHg] hingga 150/90 [mmHg]. Sebanyak 17 sopir di antaranya memiliki tekanan darah normal,” kata Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Sragen, Iin Dwi Yuliarti, saat ditemui di lokasi.

Tingginya tekanan darah para sopir, kata Iin, memiliki banyak faktor. Selain faktor kelelahan, pola hidup para sopir juga ditengarai tidak sehat. Menurut pengakuan para sopir, mereka terbiasa mengonsumsi suplemen obat supaya bisa bekerja maksimal tanpa mengantuk.

“Mengonsumsi suplemen obat yang tidak sesuai dosis itu membahayakan kesehatan. Berdasarkan temuan dari rumah sakit, para pasien gagal ginjal umumnya bekerja sebagai sopir. Ini karena para sopir terbiasa dengan pola hidup tidak sehat,” kata Iin.

Masih adanya sopir yang mengalami hipertensi, kata Iin, menjadi peringatan bagi mereka sendiri. Iin mengingatkan keselamatan para penumpang bus berada di tangan sopir. Jika kondisi kesehatan sopir terganggu, dikhawatirkan berdampak pada tugas keseharian mereka. “Ini menjadi warning kepada para sopir. Sopir bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpang. Jadi, sopir harus membiasakan pola hidup sehat,” ujarnya.

Samidi, 45, seorang sopir bus memiliki tensi 150/90 mmHg. Dia mengakui tensi darahnya selama ini tidak jauh dari angka tersebut. Kendati demikian, dia mengaku tidak terganggu dengan tingginya tensi darah tersebut. “Saya tidak pernah merasa pusing. Selama ini tensinya juga segitu. Selama ini baik-baik saja. Saya masih tetap bisa mengemudikan bus dengan lancar,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya