Soloraya
Minggu, 6 Juli 2014 - 07:05 WIB

ASAL ASUL : Asale: Mata Air yang Ditutup dengan Kepala Kambing

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga melintas di gerbang masuk Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Foto diambil beberapa waktu lalu.(JIBI/Solopos/Septhia Ryanthie)

Solopos.com, BOYOLALI–Desa Banyuanyar merupakan salah satu desa di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Desa ini berbatasan dengan Desa Tanduk di sebelah utara, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel di sebelah selatan, Desa Candi Gatak, Kecamatan Cepogo di sebelah timur, dan Desa Gubug, Kecamatan Cepogo di sebelah barat.

Asal usul penamaan Desa Banyuanyar, konon, ketika zaman dahulu kala, suatu ketika ada sebuah mata air yang sangat deras tiba-tiba muncul di desa tersebut. Masyarakat yang mengetahui hal itu spontan terkejut dan berucap, “Eneng banyu sing anyar! eneng banyu anyar teko [Ada air baru. Ada air baru datang],”. Sebagian masyarakat desa itu merasa senang akan kemunculan sumber air itu.

Advertisement

Sementara sebagian lainnya justru merasa khawatir. Dikisahkan seorang wali desa setempat bernama Kyai Doglo, merasa khawatir derasnya air yang mengalir dari sumber air itu akan menyebabkan desa tergenang, bahkan bisa menenggelamkan perkampungan masyarakat. Dengan berbagai ikhtiar dan pendapat, akhirnya Kyai Doglo dan masyarakat sepakat untuk menutup mata air tersebut dengan dua kepala kambing dan memotong sehelai rambut Kyai Doglo. Hingga akhirnya mata air itu pun tertutup.

“Kemunculan mata air itu memunculkan paradigma banyu sing nyar. Akhirnya desa ini diberi nama Desa Banyuanyar,” ungkap Kepala Desa (Kades) Banyuanyar, Komarudin, ketika ditemui wartawan di kantornya, beberapa waktu lalu.

Diterangkan dia, mata air tersebut tepatnya di sebelah timur Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Banyuanyar. Menurut cerita, arus mata air yang disumbat, mengalir ke arah kawasan Pemandian Tlatar.

Advertisement

Desa Banyuanyar dilalui Sungai Keduk yang mengalir sepanjang tahun dan membagi wilayah desa menjadi dua bagian, yaitu, antara Kadus V dengan Kadus I, II, III dan IV. Untuk kebutuhan air, hampir 70 persen penduduk desa menggunakan jasa PDAM, sedangkan 30 persen sisanya membuat sumur dengan swadaya karena sebagian wilayah tidak dapat digali untuk sumur gali.

Desa Banyuanyar memiliki jenis tanah yang pada umumnya termasuk jenis aluvial dan pasir, jenis tanah ini cukup sesuai untuk kegiatan pertanian namun cukup labil, sehingga mengakibatkan banyak jalan di Desa Banyuanyar yang cepat rusak.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif