SOLOPOS.COM - Balai Desa Kenokorejo di Kecamatan, Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. (google map)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sukoharjo adalah salah satu kabupaten di kawasan Soloraya yang memiliki 12 kecamatan, 17 kelurahan dan 150 desa. Di antara banyak desa tersebut, ada beberapa yang memiliki nama unik.

Kebanyakan pemilihan nama itu bukan tanpa alasan, ada cerita bahkan sejarah yang melatarbelakanginya. Ada baiknya kita bisa mengetahui asal usul nama itu diberikan. Dengan memahami sejarah nama suatu tempat, kita bisa mendapatkan apresiasi yang lebih dalam terhadap budaya dan tradisi masyarakat yang tinggal di sana.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Solopos merangkum nama enam desa yang dianggap memiliki keunikan. Berikut ini adalah sejarah singkat nama desa di Sukoharjo dilansir dari berbagai sumber, Senin (28/8/2023).

1. Desa Manisharjo

Desa Manisharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan Bendosari. Nama desa ini memiliki kaitan dengan kisah Pangeran Diponegoro. Dikisahkan konon pengikut Pangeran Diponegoro bergerilya melawan pasukan Belanda. Karena dikejar, maka mereka menyebar di hutan belantara.

Salah seorang pengikut Diponegoro yang bernama Ki Honggo Suto terpencar dari kelompoknya. Saat di tengah hutan ia dimintai tolong oleh masyarakat yang kehausan karena berjalan jauh. Mereka meminta tolong untuk memetikkan buah kelapa yang sangat tinggi.

Ki Honggo Suto menelungkupkan batang pohon kelapa dengan lutut kakinya sehingga buah kelapa bisa dipetik. Ki Honggo Suto diketahui memiliki daya linuwih tinggi sehingga bisa menelungkupkan batang pohon kelapa hanya dengan lutut kaki.

Cerita ini disampaikan Kepala Desa Manisharjo, Rumadi, dalam unggahan Solopos.com, Minggu (13/2/2022). Akibat kejadian tersebut maka kemudian diberi nama Jogo Dengkul.

Cerita rakyat ini diturunkan secara turun temurun dan diyakini sebagai cikal bakal berdirinya Desa Manisharjo. Rumadi bercerita dimana nama Jogo Dengkul dirasa kurang enak dalam dilafalkan secara administratif. Lalu, nama Jogo Dengkul diubah menjadi Manisharjo pada masa pemerintahan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

2. Desa Sugihan

Kisah asal usul Desa Sugihan di Kecamatan Bendosari tidak lepas dari cerita rakyat mengenai adanya serombongan saudagar yang sedang mencari tanah untuk ditinggali. Mereka akhirnya menemukan lahan tersebut dan menetap di daerah itu karena terpikat oleh kesuburan tanah dan keteduhan pepohonan. Setelahnya, wilayah tersebut diberi nama Desa Sugihan.

Nama Desa Sugihan berasal dari bahasa Jawa sugih yang berarti kaya. Sebagian besar masyarakat di Desa Sugihan konon mempunyai harta benda yang banyak. Mereka membangun rumah besar dan membeli perhiasan emas  dan disimpan di kamar.

3. Desa Bulu

Dalam wawancara pada 22 Juli 2017, Kepala Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Mujiyana, menceritakan cikal bakal nama desanya berasal dari nama satu pohon yang tumbuh di sana, yakni bulu. Itu adalah pohon sejenis beringin. Pohon ini tumbuh di Desa Bulu sejak zaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1800-an.

Pohon bulu tumbuh besar dengan diameter dua meter dan lingkar batang lebih dari tiga meter. Pohon bulu berdiri di pinggir jalan di tengah lahan persawahan. Di zaman Belanda, pohon tersebut digunakan untuk bersembunyi mata-mata dari Indonesia. Dari pohon itu nama desa ini diambil.

4. Desa Cemani

Pada masa penjajahan Belanda dan pemerintahan keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, dimana sebelah barat keraton tempat untuk berburu keluarga keraton. Daerah tersebut juga merupakan daerah perkebunan dari keluarga keraton Mangkunegaran tepatnya pada pemerintahan Raja Mangkunegara V.

Pada waktu itu keluarga kerajaan bersama abdinya sedang berkuda ke daerah tersebut, bermaksud untuk berburu dan mengunjungi kebun tersebut. Namun saat itu ada yang aneh, rombongan kerajaan semua bertemu dengan kuda dan ayam hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ayam itu membuat seluruh rombongan kerajaan terkesima.

Oleh rasa kagum dan senang tersebut, akhirnya daerah itu dinamakan Cemani.  Diambil dari nama ayam berwarna hitam tersebut yaitu ayam Cemani. Hingga akhirnya nama Cemani digunakan sampai sekarang hingga berkembang menjadi sebuah Desa Cemani di wilayah Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.

5. Desa Kenokorejo

Pada mulanya, desa ini dinamakan Desa Grogol pada masa kolonial Belanda dan Jepang. Kepala Desa Kenokorejo, Hendri Purnomo, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (25/6/2022), bercerita bahwa pemimpin Desa Grogol pada saat itu adalah Demang Reksoko.

Karena Desa Grogol pada saat itu sangatlah gersang, Demang Reksoko berpikir agar romusha diterapkan di Desa Grogol untuk membendung Sungai Ranjing. Bendungan tersebut rencananya digunakan untuk mengairi lahan pertanian yang kering. Lalu Demang Reksoko negosiasi dengan Jepang.

Pihak Jepang akhirnya setuju untuk membangun bendungan. Kemudian ratusan warga dikerahkan untuk mulai membangun bendungan. Hingga beberapa bulan kemudian proyek tersebut selesai. Ketersediaan air mengalir ke lahan milik para petani memudahkan mereka untuk mengolah sawah dan tanah menjadi subur sehingga dapat memanen padi setiap empat bulan.

Karena kondisi tanah yang membaik dan perekonomian masyarakatnya tak lagi susah yakni jadi meningkat, nama Desa Grogol diubah menjadi Desa Keno Raharjo. Dalam Bahasa Jawa, keno berarti keinginan, dan raharjo berarti digawe rejo atau makmur. Namun, dalam perjalanannya nama desa itu berubah menjadi Kenokorejo karena banyak orang yang melafalkannya demikian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya