SOLOPOS.COM - Salah satu sumber mata air di Desa Nepen, Teras, Boyolali yang menjadi sumber kehidupan ribuan warga Boyolali. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Asal usul penamaan Desa Nepen di Teras, Boyolali, dari kata nepi.

Solopos.com, BOYOLALI — Satu di antara desa yang kaya sumber mata air di Kabupaten Boyolali adalah Desa Nepen. Desa yang masuk wilayah Kecamatan Teras ini memiliki tujuh sumber mata air bersih dan besar.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bahkan, ribuan warga dari luar Desa Nepen pun menggantungkan kebutuhan air sehari-hari dari Desa Nepen. Lantas, dari manakah asal muasal nama Desa Nepen Boyolali itu?

Menurut tokoh masyarakat Nepen, Siswanto, Desa Nepen dulu menjadi tempat menepi atau bertapa orang-orang dari luar. Mereka datang ke Nepen bukan tanpa isyarat atau petunjuk, melainkan karena dituntun oleh mata batin yang telah diasah.

Selain itu kedatangan para pertapa itu juga tak terlepas dari adanya sejumlah sumber kehidupan berupa sumber mata air yang dikelilingi pohon-pohon besar. Dari situlah, desa ini menjadi nama Desa Nepen, artinya tempat orang-orang menepi.

“Asal kata Nepen itu nepi, atau tempat orang menepi,” kata Siswanto saat berbincang dengan , Jumat (20/10/2017).

Terkait keberadaan sejumlah sumber mata air, menurut penuturan sejumlah warga, pada zaman dahulu pernah ada seorang pangeran yang berasal dari Jatinom, Klaten. Pangeran tersebut lantas bertapa di Desa Nepen hingga bertahun-tahun. Tanpa diketahui sebabnya, di lokasi tempat bertapa pangeran itu menyembur sumber mata air.

Selanjutnya, Raja Keraton Kasunanan Surakarta yang mendengar kabar itu segera mengutus anak buahnya untuk menutup dengan kelambu berwarna putih di sumber mata air itu. Sejak saat itulah, nama sumber mata air itu disebut Umbul Langse.

Iman Suhardi, sesepuh warga yang tinggal di Umbul Langse menceritakan sifat umbul tersebut. Salah satunya ialah menolak dikomersialkan atau diprivatisasi. “Jika ada orang menguasai umbul itu atau mengeksploitasinya, umbul ini akan mati. Sudah banyak kejadiannya,” ujarnya.

Saat ini, tujuh umbul di Desa Nepen, digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada pungutan, kecuali sekadar biaya sukarela untuk kas desa dan perawatan. Warga menolak adanya privatisasi di umbul-umbul di Desa Nepen. Selain diyakini akan mematikan sumber mata airnya, juga membuat jarak dengan warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya