SOLOPOS.COM - Warga melihat koleksi wayang di salah satu galeri wayang di Kepuhsari, Manyaran Wonogiri, beberapa waktu lalu. (Bayu Jatmiko Adi/.JIBI/Solopos)

Asal usul Desa Kepuhsari dari nama pohon kepuh.

Solopos.com, WONOGIRI – Desa Kepuhsari merupakan salah satu daerah yang berada di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Daerah tersebut juga dikenal dengan kampung wayang, sebab banyak masyarakat setempat yang memiliki keahlian dalam membuat wayang kulit.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut cerita yang beredar, asal-usul desa tersebut juga berhubungan dengan keberadaan seniman wayang yang sangat terkenal yang pernah tinggal di wilayah itu. Peristiwanya terjadi pada zaman Mataram Islam.

Saat itu ada salah satu dalang wayang kulit yang sangat terkenal bernama Kyai Panjang Mas. Dia memiliki istri bernama Kanjeng Ratu Malang yang diinginkan sebagai selir oleh Amangkurat I. Kyai Panjang Mas dan anak-anaknya serta semua pengikutnya dianggap bersalah, dan akhirnya dibunuh.

Namun ada salah satu putra Kyai Panjang Mas beserta pengikutnya yang berhasil melarikan diri. Dia pun berlindung di sebuah pegunungan. Karena lelah, putra Kyai Panjang Mas dan pengikutnya istirahat dan tertidur di pegunungan itu. Sampai pada akhirnya mereka tinggal di lokasi tersebut. Mereka bertahan hidup dengan cara mendalang wayang kulit.

Namun dalam pelarian tersebut, ada beberapa pengikutnya yang terpisah. Mereka adalah Kyai Kempong beserta anak istrinya. Mereka pun mencari tempat berlindung sendiri. Mereka berteduh di bawah pohon kepuh yang sangat besar. Kyai Kempong pun mendirikan rumah di sekitar pohon tersebut.

“Kemudian tempat tersebut dinamakan Kepuhsari. Kata Kepuhsari berasal dari nama pohon kepuh,” kata Kasi Seni dan Budaya Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparbudparpora) Wonogiri, Eko Sunarsono, beberapa waktu lalu. Selama tinggal di Kepuhsari, pekerjaan Kyai Kempong adalah bertani dan membuat wayang kulit.

Di beberapa artikel disebutkan tanaman kepuh memiliki kayu berwarna putih keruh, ringan dan kasar. Meskipun kayu kepuh bisa mencapai ukuran besar, namun tidak cocok digunakan sebagai bahan bangunan. Sebab karakter kayunya mudah rusak.

Kepuh memiliki buah berbentuk bulat berbiji seperti kacang almond. Kulit buahnya yang tebal dapat dijadikan abu dengan cara dibakar terlebih dahulu. Abu buah kepuh itu dapat digunakan untuk memantapkan warna yang dihasilkan kesumba. “Juga dapat digunakan sebagai bagian dari bahan pewarna dalam membuat wayang,” kata dia.

Hingga saat ini seni membuat wayang di Kepuhsari, Manyaran, masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat. Penduduk Desa Kepuhsari telah membuat wayang kulit secara turun temurun.

Saat ini di Kepuhsari telah dikembangkan desa wisata Kampung Wayang. Para pengunjung dapat melihat proses pembuatan wayang dan menikmati suasana perdesaan. Para pengunjung juga diperbolehkan untuk belajar membuat wayang di tempat workshop yang telah disediakan.

Menurut salah satu pengrajin wayang Kepuhsari, Sutarno, sudah banyak wisatawan yang berkunjung ke Kampung Wayang. Baik wisatawan lokal maupun manca negara. “Di sini pengunjung dapat belajar membuat wayang. Biasanya wayang yang dibuat adalah wayang yang polanya sederhana, misalnya saja tokoh Semar,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya