SOLOPOS.COM - Balai Desa Sukorame, Kecamatan Musuk, Boyolali. (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)

Asal usul ioni mengupas sejarah Desa Sukorame Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Desa Sukorame berada di Kecamatan Musuk, Boyolali. Desa ini punya wilayah seluas 274.014 hektare (ha) dan terdiri atas tiga kebayanan. Dari jumlah penduduk sekitar 3.500 jiwa, mayoritas warganya adalah petani.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Nama Desa Sukorame tidak terlepas dari sejarah masa lampau. Konon, di wilayah desa ini terdapat sebuah bukit atau gunung kecil yang bernama Gunung Gambir. Gunung ini berada di pinggiran sungai yang melintas wilayah yang saat ini menjadi wilayah dusun I, II, dan III.

Di wilayah ini juga gunung lain, yakni Gunung Kendil yang letaknya di pinggiran sungai Sepadan yang membelah Dukuh Pudaksari, Dukuh Jetis, dan Dukuh Sukorame.

Dalam catatan sejarah desa, keberadaan kedua gunung ini konon timbul lebih awal dibandingkan dengan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Diyakini masyarakat yang masih menganut animisme dan dinamisme saat itu, setiap tahunnya gunung Merapi dan gunung Merbabu memberikan “upeti” kepada Gunung Gambir dan Gunung Kendil.

Sementara itu, Kepala Desa Sukorame Marjito mengatakan, masyarakat pada saat itu menginginkan agar gunung Gambir dan Gunung Kendil tidak membesar. Mereka bangun pagi-pagi sebelum ayam berkokok, lalu beramai-ramai memanjatkan doa-doa agar permintaan mereka terkabul.

Dari kebiasaan inilah timbul kata “sukorame” yang saat ini menjadi nama desa. “Mereka beramai-ramai bangun dan berdoa agar gunung Gambir dan Kendil tidak jadi gunung yang besar. Dari kata itu timbul kata sukorame,” ujarnya kepada , Jumat (12/1/2018).

Kemudian dalam perjalanan peradaban, Desa Sukorame terkait dengan kerajaan Mataram Hindu maupun Mataram baru, Hal ini dibuktikan dengan adanya situs-situs kedua kerajaan tersebut.

Ada juga makam kuno para pelaku sejarah negeri, antara lain Senopati Gento Barong, Senopati Jangpati, Senopati Mranggi, Senopati Derpoito, Raden Suratman, Raden Suro, Raden Kertowiyono, Raden Somowiyono, Raden Budhoyono. Beberapa di antaranya adalah orang terdekat Pangeran Diponegoro.

Sementara itu, sebelum ajaran Islam masuk ke Mataram, konon ada seorang guru besar Walisongo yang bernama Syekh Selowaringin. Situs yang menunjukkan keberadaan guru besar tersebut berada di bawah jembatan besar sungai desa Sukorame, tepatnya di pertemuan (tempuran) sungai Sombo, sungai Gombang Lor, dan Gombang Kidul.

Saat ini, sebagian masyarakat yang mempercayai sejarah ini sering melakukan ritual di lokasi tersebut terkait hajat mereka.

Sementara itu, sejarah Sukorame yang merupakan bagian dari keraton Yogyakarta dibuktikan dengan adanya sepetak tanah milik kerajaan tersebut di sekitar pertemuan sungai Gombang Kidul dan Gombang Lor. “Masyarakat sering melihat kalangan bangsawan Keraton Surakarta maupun Keraton Yogyakarta melakukan ritual di tempat itu,” imbuh Kades.

Sementara itu, Sekretaris Desa (sekdes) Sukorame Joko Triyono menambahkan tumenggung atau demang yang menjadi pemimpin desa pertama Sukorame adalah Wongdimejo. Istrinya adalah RA Mulatseh yang merupakan sodara kandung salah satu Raja Mataram.

Saat itu mereka mempunyai keturunan yang kemudian beranak pinak dan kebanyakan berdomisili di Desa Sukorame. Pada saat itulah mulai timbul pemerintahan desa yang sudah berstruktur walaupun belum semaju saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya