SOLOPOS.COM - Tugu Adipura di depan Taman Sonokridanggo, Boyolali. (Hijriah AW/JIBI/Solopos)

Asal usul kali ini mengenai Tugu Adipura Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Selama ini masyarakat Boyolali sering menduga bahwa titik nol kilometer Boyolali ada di Tugu Jam depan Pasar Boyolali Kota.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Namun perkiraan masyarakat selama ini kurang tepat. Titik nol kilometer Boyolali justru berada di kawasan Tugu Adipura atau depan Taman Sonokridanggo.

Di sisi selatan Tugu Adipura, terdapat sebuah pasak yang menunjukkan jarak antara Boyolali tepatnya di titik nol kilometer dengan daerah di sekelilingnya. Misalnya, jarak ke Kota Solo sekitar 26 km ke arah timur, ke Kota Semarang sekitar 74 km ke arah utara, dan ke Magelang sekitar 60 km ke arah barat.

“Ya, di situ [kawasan Tugu Adipura] adalah nol kilometernya Boyolali,” kata Kepala DPU dan ESDM Boyolali, M.Qodri, kepada Solopos.com.

Kawasan itu menjadi jantung kota. Dari pagi hingga malam, ramai kendaraan dan masyarakat yang melintas. Selain berada di pusat kota, kawasan titik nol kilometer ini berada di Jl.Pandanaran yang merupakan ruas jalan utama Solo-Semarang.

Titik nol kilometer ini erat kaitannya dengan sejarah Kabupaten Boyolali. Namun, tak lama lagi kawasan di sekitar Tugu Adipura akan berubah. Qodri memastikan Tugu Adipura ini akan dibongkar dan diganti menjadi patung Arjuna Wiwaha, yang merupakan bagian dari proyek jalan simpang lima Boyolali.

“Tugu Adipura nantinya akan dibongkar diganti patung, patung Arjuna Wiwaha,” kata Qodri.

Legenda Pandan Arang

Berdasar cerita yang berkembang di masyarakat, titik nol kilometer ini tak jauh dari tempat dicetuskan nama Boyolali oleh Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang abad XVI).

Menurut legenda, Ki Ageng Pandan Arang yang diutus oleh Sunan Kalijaga menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat, Klaten, untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat, Ki Ageng banyak menemui rintangan sebagai ujian.

Ki Ageng Pandan Arang meninggalkan anak istrinya dan tiba di suatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel. Tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Ki Ageng Pandan Arang semakin jauh meninggalkan anak dan istri.

Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah batu besar yang konon berlokasi di dekat Pasar Sunggingan. Dalam istirahatnya, Ki Ageng berucap “baya wis lali wong iki” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”. Dari kata baya wis lali itu, jadilah nama Boyolali.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya