Solopos.com, SUKOHARJO — Suatu daerah atau tempat tentu menyimpan sejumlah sejarah. Seperti asal usul berdirinya daerah seperti di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.
Berdasarkan keterangan di akun Instagram @kanjengnuky, berdirinya Desa Bekonang tak lepas dari sosok pengembara bernama Kiai Konang. Kiai yang disebut berhati baik, berwibawa, dan rendah hati itu berasal dari Kerajaan Majapahit.
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Sosok Kiai Konang merupakan senopati dari Kerajaan Majapahit. Ia mempunyai tipikal orang yang tak suka dikenal orang. Salah satu alasannya yaitu agar dapat berguna bagi masyarakat.
Baca Juga: Air Terjun Pengantin di Ngawi Ini Dipercaya Bikin Hubungan Langgeng
Konon, sosok di balik asal usul Bekonang ini suka mengajari masyarakat bercocok tanam, membuat irigasi, dan beternak aneka unggas. Hal itu bertujuan agar kehidupan masyarakat bagian timur Sungai Bengawan Solo semakin berkembang.
Tak hanya itu, Kiai Konang juga mendirikan pasar di wilayah lereng barat Gunug Lawu. Berkembangnya pasar tersebut diikuti kemunculan preman-preman pasar yang membuat masyarakat resah.
Kiai Konang yang mendapatkan laporan warga kemudian menemui pimpinan preman pasar bernama Kiai Anggaspati. Perkelahian keduanya pun tak terhindarkan hingga dimenangkan oleh sang Senopati Majapahit yang bersenjata cambuk.
Baca Juga: Jejak Dakwah Sunan Kalijaga di Asale Sumur Songo Cepogo Boyolali
Kiai Anggaspati yang dalam keadaan sekarat dibawa Ki Konang ke Sendang Panguripan. Konon, Pimpinan preman pasar tersebut dapat hidup kembali setelah dibawa ke sendang.
Kiai Konang yang banyak berjasa kemudian diabadikan namanya pada nama pasar yang ia dirikan, yakni Pasar Konon. Seiring berjalannya waktu, banyak masyarakat yang mengucapkan Pasar Bekonang. Hal itulah yang menjadi asal usul nama Bekonang. Ada versi lain yang menyebut Bekonang berasal dari tempat untuk berjualan tembakau yang dalam Bahasa Jawa disebut mbakonan.
Seorang tokoh masyarakat Desa Bekonang, Sugiyarto, saat diwawancarai Solopos.com pada 2017 silam mengatakan Kiai Konang berjalan kaki sendirian selama berhari-hari hingga akhirnya tiba di sebelah timur Sungai Bengawan Solo yang penuh dengan rumah penduduk.
Kiai Konang lantas berkenalan dengan sejumlah warga setempat. “Kiai Konang tak ingin lagi terlibat dalam urusan kerajaan dan jabatan. Dia ingin hidup sederhana di desa itu,” kata dia.