SOLOPOS.COM - Warga menunjukkan makam Syekh Hasan Tafsir di Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar, Sabtu (6/2/2016). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Asal usul desa Sintru Karangpandan ini ini terkait sejarah penyebaran Islam di lereng Lawu.

Solopos.com, KARANGANYAR – Sejumlah orang di Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar, meyakini Syekh Hasan Tafsir yang berasal dari Jawa Timur sebagai salah satu penyebar agama Islam di Karanganyar. Syekh Hasan Tafsir babat alas menyebarkan agama Islam di Lereng Gunung Lawu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Informasi yang dihimpun dari sejumlah narasumber, syekh datang ke Karanganyar tahun 1800-an. Syekh Hasan menetap di Dusun Sintru, Desa Doplang, Karangpandan selama menyebarkan agama Islam.

Dusun Sintru terletak di lerang Gunung Lawu atau beberapa kilometer dari puncak Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ulama itu mendirikan masjid di Dusun Sintru. Masjid untuk menarik perhatian warga agar datang, belajar agama, dan salat lima waktu.

Orang yang mengaji ke masjid semakin banyak. Syekh Hasan mendirikan pesantren tidak jauh dari masjid. Santri dari Karangpandan dan sekitarnya. Beberapa santri Syekh Hasan menjadi pemuka agama di daerah asal mereka. Mereka meninggalkan sejumlah kitab gundul tulisan tangan.

Syekh Hasan meninggal pada 1911. Dia dimakamkan di Dusun Sintru, Desa Doplang. Tidak banyak orang yang tahu usia Syekh Hasan saat meninggal. Informasi lain menyebutkan pesantren yang didirikan Syekh Hasan mulai ditinggalkan santri sedikit demi sedikit setelah dia meninggal.

Santri didikan Syekh Hasan eka turun gunung untuk menyebarkan agama di wilayah masing-masing. Selain itu, masjid yang didirikan Syekh Hasan dipindah ke tempat lain. Lalu warga membangun masjid baru pada tahun 1960-an untuk menggantikan masjid lama.

Camat Karangpandan, Aji Pratama Heru Kristianto, menuturkan peran Syekh Hasan menyebarkan agama Islam di Karangpandan cukup besar. Kiai itu datang saat masyarakat membutuhkan pegangan hidup. Syekh Hasan menggunakan pendekatan humanis sehingga masyarakat tertarik belajar agama.

Menurut dia sejumlah pemuka agama di Karangpandan pernah belajar kepada Syekh Hasan. “Konon ceritanya, orang yang bisa menerjemahkan Alquran itu ya Syekh Hasan. Kalau lainnya mengaji tetapi belum mengartikan Alquran,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya