SOLOPOS.COM - Balai Desa Cangkol, Kecamatan Plupuh, Sragen. (Google Maps)

Solopos.com, SRAGEN — Tapan merupakan salah satu dukuh di Desa Cangkol, Kecamatan Plupuh, Sragen. Dulunya, dukuh ini adalah sebuah bukit yang dijadikan tempat untuk bertapa atau pertapan. Hal itulah yang membuat nama Tapan muncul dan dijadikan nama dukuh.

Kondisi geografis Desa Cangkol didominasi oleh dataran rendah, namun jika menuju ke arah Barat tepatnya berbatasan dengan Ngebung yang masuk wilayah Kecamatan Kalijambe, wilayah ini sudah memasuki daerah perbukitan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Di desa ini terdapat sebuah dukuh yang menyimpan cerita sejarah dari lisan ke lisan, yaitu Dukuh Tapan. Tapan berada tepat di wilayah paling Barat di wilayah Desa Cangkol.

Mayoritas penduduk Dukuh Tapan bermata pencaharian sebagai petani karena banyak pohon-pohon jati dan tegalan.

Sejarah

Menurut laman sisca.sragenkab.go.id milik Sistem Informasi Cagar Budaya (SISCA), yang dikutip Solopos.com, Kamis (21/3/2024) tempat ini pada awalnya adalah sebuah bukit menjulang yang ditandai dengan pohon Segawe yang cukup besar.

Di puncak bukit terdapat dua makam kuno yang dikelilingi pohon di sekitarnya, sedangkan tepat di bawah bukit terdapat sebuah sendang yang dinamakan Sendang Sembrani. Akses yang dapat dilalui untuk mencapai puncak bukit tersebut hanya dapat dilalui dengan jalan setapak.

Pada zaman dahulu, ada dua bangsawan dengan rombongan kerajaan melewati wilayah yang sekarang menjadi Dukuh Tapan, tengah beristirahat setelah menempuh perjalanan. Dua ekor kuda yang digunakan sebagai alat transportasi diikat tepat di bawah bukit.

Mereka meluangkan waktu untuk istirahat yang cukup hingga badan merasa bugar dan siap untuk melanjutkan perjalanan.

Saat ingin melanjutkan perjalanan, kedua bangsawan bertitah kepada abdi atau pengikutnya untuk menjaga barang yang ditinggal di bukit ini, dengan ketentuan tidak boleh ada yang mengambil barang tersebut kecuali bangsawan itu sendiri.

Abdi yang setia berusaha menjaga amanah tersebut dengan bertapa. Selain itu si abdi tersebut juga melakukan olah kanuragan serta babat alas untuk menjadikan wilayah sekitarnya agar bisa dihuni.

Kegiatan bertapa inilah yang menjadi asal mula desa dengan bukit yang dijadikan pertapan, lalu disebutkan dengan Tapan. Waktu tak terasa berlalu sampai pada waktunya datanglah utusan bangsawan untuk mengambil barang di bukit Tapan.

Mengingat amanah yang diberikan, sang abdi memiliki pendirian yang kokoh tidak mengizinkan siapa pun mengambil barang bangsawan tersebut. Sedangkan si utusan juga bersikeras untuk melaksanakan tugas yang diberikan.

Perselisihan pun terjadi dikarenakan terdapat perbedaan tujuan hingga akhirnya terjadi pertempuran antara kedua pihak. Di tengah pertempuran, kedua tokoh ini gugur.

Kedua tokoh tersebut yaitu Nyai Pulur dan Nyai Rambat. Nama mereka pun cukup dikeramatkan di Dukuh Tapan hingga sekarang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya