SOLOPOS.COM - Warga memadamkan Kebakaran di Desa Gilirejo Baru, Miri, Sragen, pada awal Oktober 2015 lalu. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Asal usul ini mengisahkan berdirinya Desa Gilirejo Baru di Miri, Sragen.

Solopos.com, SRAGEN – Nama desa terpencil yang dikepung Waduk Kedung Ombo (WKO) wilayah Sragen ini Gilirejo Baru. Di sisi sebelah utara, selatan, dan timur desa ini berbatasan langsung dengan bibir WKO. Sementara di sebelah barat desa ini merupakan kawasan hutan milik Perhutani.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Desa ini lebih dekat dengan wilayah Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Meski begitu, penduduk desa ini memiliki kartu tanda penduduk (KTP) yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Sragen.

Gilirejo Baru merupakan salah satu desa di Kecamatan Miri, Sragen. Desa ini lahir karena proyek pembuatan WKO pada zaman orde baru.

Usia desa ini bisa dibilang baru seumuran jagung. Ini karena pemekaran Desa Gilirejo menjadi Gilirejo Lama dan Gilirejo Baru baru mendapat persetujuan pada 2002 lalu.

“Proyek WKO menenggelamkan separuh Desa Gilirejo pada 1987. Sekitar 400 kepala keluarga (KK) kemudian mencari tempat berlindung. Jarak lokasi baru dengan desa asal mencapai kurang dari tujuh kilometer yang dipisahkan oleh WKO,” kata Kepala Desa Gilirejo Baru, Hartono, Jumat (20/11/2015).

Meski terpisah oleh WKO, warga Gilirejo Baru dan Gilirejo Lama memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Kedua desa ini sama-sama sulit diakses. Namun, Desa Gilirejo Baru relatif lebih sulit diakses.

Untuk mengakses desa ini seseorang harus melewati jalanan berkelok dan terjal sejauh sekitar tujuh kilometer melintasi kawasan Andong dan Kemusu Kabupaten Boyolali.

“Kalau Anda mau menuju Desa Gilirejo Baru dan melintasi kawasan Andong dan Kemusu [Boyolali], Anda sebetulnya tidak salah jalan. Itu adalah satu-satunya jalur menuju desa kami. Kondisi jalan memang memprihatinkan. Meski baru dibangun setahun terakhir, jalan itu sudah rusak kembali,” kata Hartono.

Beberapa bulan lalu, empat unit rumah di Desa Gilirejo Baru ludes dilalap si jago merah. Lokasinya yang sulit dijangkau membuat petugas pemadam kebakaran angkat tangan.

“Kami sudah menghubungi pemadam kebakaran, tapi percuma kalau mereka bisa datang ke mari karena api sudah lebih dulu melalap habis isi rumah,” terang Hartono.

Desa Gilirejo Baru kini memiliki jumlah penduduk sekitar 3.000 jiwa yang terbagi sekitar 670 KK. Pada awal ketika memisahkan diri dari “saudara lama” permukiman ini hanya dihuni sekitar 2.000 jiwa yang terbagi sekitar 400 KK.

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan di WKO. Sebagian warga memanfaatkan tanah perhutani untuk ditanami aneka sayur mayur.

“Tahun ini ada rencana dari Pemkab Sragen untuk membangun jembatan yang menghubungkan Desa Gilirejo Baru dengan Desa Gilirejo Lama. Kami berharap proyek itu bisa segera direalisasikan supaya kami bisa mudah bertemu saudara. Jembatan itu juga memudahkan kami mengurus administrasi ke Kantor Kecamatan Miri,” terang Hartono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya