Soloraya
Minggu, 3 Januari 2016 - 13:30 WIB

ASAL USUL : Gunung Tugel Jadi Saksi Perjuangan Mengusir Penjajah, Ini Kisahnya

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Tugel di Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, ditambang dalam lima tahun terakhir. Foto diambil Senin (30/11/2015). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Asal usul Gunung Tugel dulunya menjadi tempat perlindungan bagi para pejuang.

Solopos.com, SRAGEN – Gunung Tugel merupakan nama sebuah bukit setinggi sekitar 50 meter yang berada di Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Sragen. Kata tugel berasal dari bahasa Jawa yang berarti patah atau terbelah.

Advertisement

Disebut tugel karena pada bagian tengah bukit itu terbelah menjadi dua bagian. Jalan yang membelah Gunung Tugel menjadi dua bagian itu dibangun pada zaman penjajah Belanda. Jalan itu menghubungkan Desa Jambeyan Kecamatan Sambirejo dengan Desa Winong Kecamatan Gondang, Sragen.

Gunung Tugel merupakan ikon Desa Jambeyan. Gunung Tugel memiliki nilai sejarah bagi warga setempat. Gunung Tugel menjadi saksi bisu keuletan dan kegigihan warga pribumi dalam upaya mengusir penjajah Belanda.

“Menurut cerita para orang tua di Desa Jambeyan, Gunung Tugel itu menjadi tempat pelarian yang aman bagi para gerilyawan saat beperang melawan penjajah. Para gerilyawan itu sengaja berlari ke puncak bukit lalu berlindung di balik bukit. Mereka aman di balik bukit karena tembakan meriam pasukan Belanda itu terhalang oleh Gunung Tugel,” kata warga Jambeyan, Sugiyono, Sabtu (2/1/2016).

Advertisement

Kawasan Gunung Tugel di sebelah utara dahulu merupakan ladang kopi dan tanaman serat untuk bahan produksi karung. Di dekat pasar yang tak jauh dari lokasi dahulu terdapat pabrik pengolahan kopi.

Di kompleks pabrik pengolahan kopi tersebut dahulu terdapat bungker yang biasa difungsikan sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan dan barang berharga. Jalan yang membelah Gunung Tugel menjadi dua bagian itu sengaja dibuat untuk memudahkan akses keluar masuk pabrik pengolahan kopi dan tanaman serat.

Sejak 2010 silam, Gunung Tugel menjadi objek eksploitasi tambang galian C. Sejak saat itu, tanah dan bebatuan di Gunung Tugel dikeruk secara liar. Meski mendapat perlawanan dari para aktivis peduli lingkungan di desa setempat, hingga kini kegiatan tambang di Gunung Tugel jalan terus.

Advertisement

Sebelum ditambang, Gunung Tugel masih terlihat asri. Namun, kegiatan tambang yang dilakukan secara terus menerus itu mengakibatkan Gunung Tugel terlihat gersang.

“Karena terus menerus dikeruk, lapisan tanah yang tersisa berupa batu cadas yang tidak subur untuk ditanami pepohonan,” kata Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Jambeyan, Kusmanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif