SOLOPOS.COM - Kantor Kepala Desa Wonorejo, Gondangrejo, Karanganyar. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Asa usul ini terkait cikal bakal berdirinya Desa Wonorejo.

Solopos.com, KARANGANYAR – Wonorejo adalah sebuah desa di Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, yang berbatasan langsung dengan Kota Solo.Wilayahnya yang sekitar 400 hektare dihuni sekitar 10.000 jiwa, paling padat dibandingkan desa-desa lain di Gondangrejo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Letaknya yang berbatasan langsung dengan Mojosongo dan Kadipiro, Kota Solo, menjadi pilihan realistis pengembang perumahan untuk memperluas usaha mereka. Seiring harga tanah di Solo yang semakin mahal, Wonorejo semakin dilirik masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal baru.

Alhasil jumlah penduduk di Wonorejo semakin padat. Situasi yang jauh berbeda dengan kondisi Wonorejo puluhan tahun silam. Informasi yang dihimpun, dahulu kala, adalah alas gung lewang lewung alias hutan yang sangat lebat. Binatang liar berbahaya hidup bebas di hutan Wonorejo.

Tersebutlah sosok Kiai Saudo yang konon menjadi tokoh sentral lahirnya Wonorejo. Ditemani beberapa orang, Kiai Saudo tinggal di salah lokasi di hutan Wonorejo. Ketika itu wilayah Wonorejo masih tanpa nama. Tak banyak kesaksian yang didapat tentang sosok Kiai Saudo, dari sejumlah tokoh dan sesepuh Desa Wonorejo.

Salah seorang sesepuh Desa Wonorejo, Mangun Diharjo, 84, menuturkan cikal bakal Wonorejo adalah sosok Kiai Sauda.

Cerita tersebut diperoleh Mbah Mangun secara turun temurun dari orang tuanya. Tidak disebutkan waktu persisnya tahun berapa Kiai Sauda mulai tinggal di hutan Wonorejo. Tapi Kiai Sauda dikenal sebagai sosok berwibawa.

Diduga kuat dia mengabdi kepada Keraton Kasunanan Surakarta. “Kira-kira Mbah Kiai Sauda adalah abdi dalem Keraton Solo. Jabatannya semacam bekel. Begitu kira-kira. Yang jelas beliau adalah yang memulai tinggal di hutan Wonorejo,” tutur Mbah Mangun saat ditemui  kediamannya, Rabu (23/12/2015).

Mangun mengisahkan suatu ketika Kiai Sauda pernah menyampaikan kepada pengikutnya, bila suatu ketika tempat yang ditinggalinya tersebut telah banyak penghuninya, dia ingin menamainya dengan nama Wonorejo.

Pernyataan dari sang kiai sontak menyebar dari mulut ke mulut. Bahkan cerita sosok Kiai Sauda dan pernyataannya tentang Desa Wonorejo menyebar secara turun temurun. mbah Mangun adalah salah satu generasi kesekian yang mendapat cerita tersebut.

Suk yen ana rejaning zaman, panggonan iki tak jenengi Wonorejo, begitu lebih kurang ungkap Kiai Sauda,” tutur Mbah Mangun.

Benar saja, kini wilayah Wonorejo ramai dipadati penduduk. Sebagian adalah warga pendatang dari berbagai wilayah Soloraya dan Jatim. Sedikit demi sedikit, area hijau pepohonan dibabat untuk tempat membangun perumahan atau tempat tinggal. Wilayahnya yang berbatasan dengan Solo membuat Wonorejo menjadi pilihan rasional rumah tangga baru.

Mbah Mangun mengatakan yang tertinggal dari sosok Kiai Sauda adalah pusaranya di sudut dusun. Anak keturunan dari Kiai Sauda telah berpencar ke berbagai wilayah.

Walau saat ini masih ada beberapa keturunan Kiai Sauda yang tinggal di Wonorejo. Kepala Desa Wonorejo, Suhud Anshori, mengatakan tempat di mana Kiai Sauda pernah tinggal diberi nama Saudan. Tempat tersebut diakui sebagai pusat dan cikal bakal lahirnya Desa Wonorejo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya