Soloraya
Selasa, 8 Februari 2022 - 16:28 WIB

Asal Usul Pasar Legi Solo, Satu dari 4 Elemen Utama Mangkunegaran

Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangunan Pasar Legi Solo era Mangkunagoro VII. Foto dari Krijigsman 1940. (puromangkunegaran.com)

Solopos.com, SOLO — Asal-usul Pasar Legi Solo bisa ditelusur hingga abad ke-18, tepatnya saat Kadipaten Mangkunegaran berdiri tahun 1757. Bahkan Pasar Legi Solo kala itu merupakan satu dari empat elemen penting yang menjadi satu atau catur gatra tunggal Praja Mangkunegaran.

Advertisement

Tiga elemen lainnya dari catur gatra tunggal adalah keraton, alun-alun, dan masjid. Catur gatra tunggal merupakan konsep kosmologi Jawa yang berkembang sejak zaman Kerajaan Mataram.

Website resmi Pura Mangkunegaran, puromangkunegaran.com, dalam artikel yang ditertibkan 1 Maret 2018 lalu, menuliskan konsep catur gatra tunggal juga dipakai untuk membangun Keraton Mataram dan Keraton Kasunanan Surakarta.

Advertisement

Website resmi Pura Mangkunegaran, puromangkunegaran.com, dalam artikel yang ditertibkan 1 Maret 2018 lalu, menuliskan konsep catur gatra tunggal juga dipakai untuk membangun Keraton Mataram dan Keraton Kasunanan Surakarta.

Baca Juga: Bertahan Lebih dari 250 Tahun, Begini Kisah Perjalanan Pasar Legi Solo

Tempo dulu di Praja Mangkunegaran, Pasar Legi Solo merupakan pasar terbesar yang berdiri pada masa pemerintahan Mangkunagoro I (1757-1795). Sedangkan asal usul Pasar Legi Solo diambil dari hari pasaran Legi.

Advertisement

Makin Berkembang di Era MN VII

Pasar Legi baru dibangun menjadi bangunan yang lebih modern pada masa pemerintahan Mangkunagoro VII sekitar 1936. Aktivitas perdagangan pun menjadi semakin berkembang dengan komoditas yang semakin beragam.

Baca Juga: Infografis Sejarah Panjang Pasar Legi Solo

Pasokan barang di Pasar Legi Solo tempo dulu itu tidak hanya dari wilayah Solo tapi juga daerah-daerah lain di sekitarnya. Para pemasok barang dagangan berupa hasil bumi dari wilayah sekitar Solo terbantu dengan adanya Stasiun Solo Balapan.

Advertisement

Website resmi Pemkot Solo, @surakarta.go.id mencatat Stasiun Solo Balapan dibangun pada 1873. Sedangkan mereka yang tak bisa mengakses sarana transportasi itu berdatangan menggunakan cikar, gerobak atau andong. Mereka berdatangan pada dini hari sekitar pukul 02.00.

Mengenai asal usul Pasar Legi Solo yang merupakan bagian dari empat elemen catur gatra tunggal Mangkunegaran juga sempat disinggung sejarawan Solo, Heri Priyatmoko, dalam artikel berjudul “Menyelamatkan Pasar Legi” yang dimuat di Harian Umum Solopos, 31 Oktober 2018 lalu.

Baca Juga: Pasar Legi Solo: Asal-Usul Nama hingga Sejarah Pendirian

Advertisement

Keseimbangan

Menurut Heri, membangun pasar merupakan salah satu hal pertama yang dilakukan Mangkunagoro I diberi wilayah dan dinobatkan menjadi Mangkunagoro I. Selain itu ada juga masjid yang dibangun tak jauh dari lokasi pasar.

Menurut dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta itu, pembangunan pasar dan masjid merupakan upaya Mangkunagoro I mewujudkan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan aspek religi.

Baca Juga: Pasar Tertua di Solo, Legi atau Gede?

Heri juga mengungkapkan Pasar Legi Solo tempo dulu semakin ramai setelah penggabungan Pasar Totogan di selatan Kali Pepe ke Pasar Legi yang berada di utara Pasar Legi. Penggabungan itu terjadi pada era Mangkunagoro VII (1916-1944).

Kini, Pasar Legi Solo terus berkembang dan menjadi lebih modern, terutama setelah terbakar pada Oktober 2018 lalu dibangun kembali pada 2021. Bangunan baru yang menggunakan konsep green building kini telah beroperasi setelah diresmikan pada 20 Januari 2022 lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif