SOLOPOS.COM - Pengunjung melihat-lihat lele berukuran jumbo yang menghuni di Sendang Ki Truno Lele, Desa Gentan, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Sabtu (5/12/2015). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Asal usul ini terkait penamaan Sendang Ki Truno Lele.

Solopos.com, SUKOHARJO – Pegunungan Batu Seribu yang terletak di Desa Gentan, Kecamatan Bulu, Kecamatan Sukoharjo merupakan salah satu kawasan objek wisata yang menyuguhkan pemandangan alam nan indah.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Para pengunjung dapat menghirup udara segar khas pegunungan di kawasan objek wisata itu. Sebelum memasuki kawasan wisata Batu Seribu terdapat sendang yang dihuni ikan lele putih. Sendang itu berukuran sekitar 10 meter x 5 meter yang dikelilingi pohon.

Suasana di sekitar sendang sangat teduh lantaran terdapat beberapa pohon rindang. Para pengunjung kerap menyambangi sendang itu sebelum menaiki perbukitan menuju objek wisata Batu Seribu. Sendang itu diberi nama Ki Truno Lele oleh warga setempat.

“Tak hanya pengunjung, warga setempat juga kerap melihat-lihat dan menikmati keindahan alam di sekitar lokasi sendang,” kata sesepuh desa setempat, Sugino, 57, Sabtu (5/12/2015).

Tepat di belakang sendang terdapat pancuran yang mengeluarkan air jernih yang menyegarkan. Di sekitar pancuran terdapat petilasan Ki Truno yang digunakan untuk menyusun strategi perang saat melawan Kolonial Belanda. Petilasan itu berupa bangsal yang terbuat dari bambu yang dikelilingi batu-batu besar.

Pada zaman dahulu, Ki Truno merupakan sahabat karib Raden Mas Said atau akrab dikenal Pangeran Sambernyawa. Mereka bersama para pejuang kemerdekaan lainnya bahu membahu melawan Kolonial Belanda.

“Pangeran Sambernyawa juga kerap bersantai di bangsal itu sambil menyusun strategi perang,” ujar dia.

Karena berada di perbukitan, bangsal itu juga berfungsi sebagai pos pemantau pergerakan musuh. Para pejuang kemerdekaan selalu memantau pergerakan musuh secara bergantian. Mereka langsung bersiaga apabila diketahui ada pasukan Belanda yang mendekati lokasi bangsal.

Suatu saat, pasukan Pangeran Sambernyawa bergerak menuju daerah lain. Dia mengajak Ki Truno untuk bergabung namun ditolaknya. Ki Truno memilih menjaga sendang dan bangsal yang digunakan untuk menyusun strategi perang itu.

“Mungkin Ki Truno Lele nyaman berada di sekitar sendang. Konon lele-lele putih di sendang merupakan perwujudan dari Kyai Truno,” ujar dia.

Seorang warga setempat, Malino, 43, mengatakan jumlah lele di dalam sendang belasan ekor. Ukurannya dua kali lipat lengan orang dewasa. Selama ini, tak ada satu pun lele yang mati kendati air yang mengalir di dalam sendang sedikit.

Lele-lele itu dikeramatkan oleh warga setempat karena diyakini perwujudan dari Kyai Truno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya