Soloraya
Selasa, 22 Februari 2022 - 21:56 WIB

Asal Usul Tari Topeng Ireng, Wajah Budaya Lereng Merbabu Boyolali

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pertunjukan Tari Topeng Ireng Sanggar Krido Mudo, Senin (21/2/2022), di Nglembu, Sambi, Boyolali. (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, BOYOLALI — Tarian topeng ireng ditampilkan dalam peresmian destinasi wisata religi Makam Punggawa Jaya Kawandasa atau Makam Beteng di Dukuh Krisik, Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, Boyolali, Minggu (20/2/2022).

Pegiat Seni Tari Topeng Ireng, Sukardi, 40, menjelaskan tarian topeng ireng berasal dari ungkapan Jawa Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras.

Advertisement

“Dari nama itulah maka dalam pertunjukan topeng ireng para penarinya berbaris tegak lurus dengan formasi tarian yang dinamis dan diiringi musik berirama keras,” katanya saat ditemui wartawan, Senin (21/2/2022), seusai pentas untuk peresmian Makam Beteng.

Baca juga: Makam Beteng Boyolali Diresmikan Jadi Wisata Religi untuk Umum

Advertisement

Baca juga: Makam Beteng Boyolali Diresmikan Jadi Wisata Religi untuk Umum

Penari topeng ireng yang tergabung dalam Sanggar Tari Topeng Ireng Krido Mudo ini juga menyampaikan tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencak silat. Kelompok kesenian ini juga telah berdiri sejak 2001 dan berkembang di wilayah Boyolali hingga saat ini.

Beberapa penari dari Sanggar Krido Mudo sebelum pandemi juga sering berkeliling Indonesia untuk mementaskan pertunjukan tari topeng ireng ini. “Ada yang ke Lombok, Timika [Papua] juga pernah bahkan sampai ke Malaysia juga pernah untuk ikut pameran kostum yang kami bikin sendiri,” katanya.

Advertisement

Baca juga: Tari Topeng Ireng Meriahkan Peresmian Kantor Kejari Boyolali

Selain untuk pameran dan pementasan, kostum yang mereka buat juga pernah dipasarkan tetapi terhenti karena pandemi. “Sebelum pandemi kami sudah mengeluarkan ke Kalimantan, di Lampung, Papua, Manokwari, itu juga memesan dari kami. Tapi setelah pandemi ini memang tidak ada lagi pemesanan.”

Regenerasi Menyasar Segala Umur

Dia menjelaskan pengelolaan keuangan selain digunakan untuk kebutuhan sanggar, sebagian disisihkan untuk kesejahteraan anggota sanggar dan memperbarui kostum-kostumnya. Sukardi mengaku pendanaan diperoleh dari pementasan dan penjualan kostum tersebut.

Advertisement

Sukardi juga menjelaskan regenerasi yang dilakukan oleh Sanggar Krido Mudo menyasar ke segala umur terutama generasi muda di wilayah Selo melalui pelatihan private. “Mulai dari anak-anak, kemudian SD, SMP, SMA, bahkan sampai yang kuliah pun kami selalu belajar tari topeng itu,” ungkapnya.

Baca juga: Flashmob Tari Topeng Ireng Dipentaskan di Panggung Hotel di Boyolali

Ia juga menyampaikan  pandemi cukup membawa dampak terpuruknya Sanggar Krido Mudo. “Mudah-mudahan di tahun ini, sudah mulai balik lagi, dan bisa mengangkat Boyolali khususnya, karena Topeng Ireng seperti menjadi ikon Boyolali, dan menjadi tarian yang melejit di Boyolali,” tutupnya.

Advertisement

Kepala Desa Pelem, Simo, Sutarto, 55, memilih tarian topeng ireng ini untuk ditampilkan dalam peresmian destinasi wisata religi Makam Beteng. Dia mengaku hal ini dilakukannya sebagai bentuk menjaga kebudayaan sesuai dengan konsep Desa Pelem yang disampaikan oleh Sutarto, yakni Pelem Ngabudaya.

“Kami ingin juga membangkitkan budaya Jawa dalam bentuk kesenian, tari tradisional, campursari ataupun apa, yang embrio awalnya adalah karawitan, agar budaya yang kian pudar akan bangkit lagi,” jelasnya.

Penari Topeng Ireng Sanggar Krido Mudo berfoto dengan warga, Senin (21/2/2022), di Nglembu, Sambi, Boyolali. (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif