SOLOPOS.COM - Ilustrasi menikah. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Budaya tunggon yang berkembang di masyarakat Kecamatan Karangtengah, Wonogiri, secara turun temurun dari nenek moyang dianggap sebagai salah satu faktor penyebab maraknya pernikahan dini.

Serangkaian upaya dilakukan oleh Pemkab dan pihak terkait di Wonogiri untuk mengikis budaya karena melihat efek dari pernikahan dini atau pernikahan anak yang dinilai lebih banyak negatifnya ketimbang efek positifnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Masyarakat Karangtengah yang berada di pinggiran tenggara Wonogiri berbatasan dengan Pacitan, Jawa Timur, itu pun perlahan-lahan mulai meninggalkan budaya tersebut.

Dari informasi yang dihimpun Solopos.com, tak banyak sumber yang mengulas sejak kapan tradisi tunggon ada berkembang di masyarakat Karangtengah, Wonogiri. Hanya disebutkan bahwa tradisi itu diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang.

Dalam budaya tunggon tersebut, pihak laki-laki atau calon suami akan menunggu dengan mengabdi kepada keluarga perempuan atau si calon istri. Bahkan, tak jarang si laki-laki tinggal di rumah keluarga perempuan dan membantu perekonomian mereka sampai si perempuan memasuki usia yang dianggap layak untuk menikah.

Dilansir tulisan ilmiah berjudul Dinamika Tradisi Tunggon Terhadap Fenomena Pernikahan Dini di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri 1992-2022 karya Bagus Sapto Nugroho dari UNS Solo, pelaksanaan tradisi ini masih berpegang teguh pada tiga tahapan.

Sebelum memulai tradisi tunggon, dua keluarga dari pihak laki-laki dan perempuan akan mengadakan diskusi secara internal dan eksternal bersama pengurus RT, RW, dusun, dan tokoh masyarakat.

Diskusi itu dimaksudkan untuk membuat suatu kekancingan atau tunggon agar perjodohan dapat berjalan dengan lancar. Lalu selama proses tunggon berlangsung, tidak bisa secara bebas dikakukan karena masing-masing pihak perlu menjalankan tradisi ini sesuai kesepakatan yang dibuat.

Proses tunggon di Karangtengah, Wonogiri, juga berlangsung di bawah pengawasan berbagai pihak mengingat pengabdian pihak laki-laki ke keluarga si perempuan tidak berlangsung dalam waktu singkat.

Risiko Pergaulan Bebas

Apabila proses pengabdian telah selesai dijalankan, pasangan tunggon akan melangsungkan pernikahan secara sah dalam agama dan negara disertai rangkaian acara perkawinan adat Jawa.

Bagus Sapto Nugroho menuliskan tradisi tunggon sebagai wujud pencegahan masyarakat dari risiko pergaulan bebas, pengendalian orang tua terhadap anak, simbol status sosial keluarga, dan penjagaan garis keturunan masyarakat Karangtengah.

Tradisi ini adalah bentuk tradisi perjodohan masyarakat Karangtengah, di mana seorang laki-laki akan menunggu dan mengabdi kepada pihak perempuan dan keluarganya di tempat tinggal si perempuan dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu sebelum menikah.

Tradisi tunggon terbentuk akibat pola hidup sosial masyarakat Karangtengah, Wonogiri, yang terus menerus membudaya sejak nenek moyang mereka hingga saat ini. Masyarakat Karangtengah yang hidup secara in group dan selalu bergantung pada orang lain melahirkan cara pemenuhan kebutuhan hidup melalui tradisi tunggon.

Masyarakat Karangtengah dalam kehidupan sehari-hari masih sangat tergantung pada orang lain terutama anak mereka. Hal tersebut tercermin dari orang tua yang khawatir apabila saat hari tua mereka harus hidup sendiri tanpa ditemani oleh anak-cucu yang menikah dan tinggal jauh dari orang tua.

Munculnya tradisi tunggon di Karangtengah disebabkan perkembangan tradisi lisan di masyarakat, pola pikir masyarakat, rendahnya kualitas pendidikan, karakteristik sosial, dan geografis.

Tradisi lisan masyarakat Karangtengah tampak pada ungkapan “yen isa golek tangga dhewe aja kena diboyong tekan kono“, yang artinya kalau bisa mendapatkan pasangan tetangga sendiri jangan sampai dibawa pergi jauh.

Tradisi ini lambat laun mengalami pergeseran makna di dalamnya sejak tahun 1992 dan mencapai puncak pergeseran makna pada tahun 2002.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya