Soloraya
Selasa, 22 Februari 2022 - 11:32 WIB

Asal Usul Wonogiri, Cikal-Bakal Mangkunegaran?

Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga berada di Alun-Alun Krida Bakti Wonogiri, belum lama ini. Alun-alun mulai dikunjungi warga setelah akses menuju lokasi dibuka, penerangan jalan umum (PJU), dan lampu alun-alun dinyalakan, sejak beberapa pekan lalu.(Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Asal usul Kabupaten Wonogiri tidak lepas dari perjuangan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa yang kemudian mendapat gelar sebagai Mangkunagoro I. Wilayah ini awalnya merupakan basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang penjajahan Belanda.

Sejarah berdirinya kabupaten tersepi di Jawa Tengah ini dimulai dengan embrio kerajaan kecil di Nglaroh, Desa Pule, Kecamatan Selogiri. Wilaya tersebut didatangi Raden Mas Said untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Strategi itu ditulis pada batu khusus yang kini dikenal dengan nama Watu Gilang.

Advertisement

Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.

Baca juga: Wonogiri Wilayah Tersepi Kedua Se-Jawa Tengah, Begini Sejarahnya

Advertisement

Baca juga: Wonogiri Wilayah Tersepi Kedua Se-Jawa Tengah, Begini Sejarahnya

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.

Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I.

Advertisement

Baca juga: Warga Satu Dusun di Ngadirojo Wonogiri Turun Temurun Menganyam Bambu

Pembagian Wilayah Wonogiri

KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi lima daerah yang masing-masing memiliki ciri khas yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :

Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteristik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan.

Advertisement

Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.

Wilayah ini empunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.

Baca juga: Gondosini, Kebun Kopi Kuno Era Mangkunegaran di Wonogiri

Advertisement

Masyarakat didaerah ini mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati. Istilahnya gampang-gampang susah.

Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah.

Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.

Baca juga: Surga Tersembunyi Wonogiri, Ada Pantai Cantik Dikelilingi Bukit Karst

Masyarakat di sini mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit.

Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggung jawab.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif