Soloraya
Minggu, 1 Agustus 2021 - 05:36 WIB

Asale Bekas Rumah Dinas Pengawas Perkebunan, Saksi Bisu Era Kejayaan Industri di Gatak Sukoharjo

R Bony Eko Wicaksono  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sumur rumah dinas pengawas perkebunan peninggalan pemerintah Kolonial Belanda di sebelah timur Mapolsek Gatak, Sabtu (31/7/2021).(Bony Eko Wicaksono/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO–Wilayah Kecamatan Gatak terletak di ujung barat wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.

Wilayah Gatak terdiri dari 14 desa seluas 1.947 hektare. Mata pencaharian masyarakat bermacam-macam seperti petani, pedagang, karyawan swasta hingga aparatur sipil negara (ASN).

Advertisement

Wilayah Gatak juga menyimpan histori yang erat hubungannya dengan masa penjajahan Kolonial Belanda. Tak sedikit infrastruktur atau rumah tua peninggalan zaman Belanda yang memiliki nilai histori yang kuat. Pada zaman dahulu, pemerintah Kolonial Belanda membangun pabrik gula dan tembakau di wilayah Gawok.

Baca Juga: Alhamdulillah, Kasus Harian Covid-19 Sukoharjo Turun Di Bawah 100 Orang 

Advertisement

Baca Juga: Alhamdulillah, Kasus Harian Covid-19 Sukoharjo Turun Di Bawah 100 Orang 

Pabrik Gawok bagian dari empat pabrik besar di wilayah Sukoharjo yang dibangun pemerintah Kolonial Belanda. Sebagian besar pekerja merupakan pribumi yang berdomisili di sekitar wilayah Gatak dan sekitarnya.

“Selain pabrik, pemerintah Kolonial Belanda juga membangun opzichter woning atau rumah dinas pengawas perkebunan. Kontruksi bangunan rumah mirip dengan bangunan loji,” kata seorang pegiat sejarah dari komunitas Mbako Baki, Surya Harjono, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (31/7/2021).

Advertisement

Ketiga rumah dinas pengawas perkebunan itu mengelilingi pabrik. “Para pengawas perkebunan mengawasi proses produksi mulai dari menanam benih tembakau dan tebu hingga memanen. Mereka sehari-hari tinggal di rumah dinas tersebut,” ujar dia.

Baca Juga: Salut! Polres Sukoharjo Rekrut Penyandang Disabilitas Jadi Operator Call Center

Tinggal Sumur Tua

Para pengawas perkebunan juga bertanggungjawab terhadap proses distribusi hasil panen yang dikirim ke sejumlah daerah di Jawa. Mereka berangkat ke pabrik pada pagi hari dan pulang ke rumah dinas pada malam hari. Kadang kala, mereka juga mengecek kondisi pabrik pada malam hari.

Advertisement

Kini, lanjut Harjono, bangunan rumah dinas pengawas perkebunan peninggalan jajahan Belanda hanya menyisakan sumur tua di sebelah timur Mapolsek Gatak. Dahulu, sumur itu menjadi sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti mandi dan mencuci pakaian.

“Bangunan rumah pengawas perkebunan dirobohkan oleh pibumi setelah pemerintah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1945. Sekarang berubah menjadi lahan kosong yang ditumbuhi rumput liar dan ilalang,” papar dia.

Menurut Harjono, masih banyak peninggalan Belanda terutama infrastruktur perkebunan dan pertanian di wilayah Gatak. Kala itu, wilayah Gatak, Baki, dan Kartasura menjadi sentra industri tembakau dan gula yang hasil panennya menjadi salah satu pemasukan terbesar pemerintah Kolonial Belanda.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif