SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang dawet asal Desa Bogem, Kecamatan Bayat berjualan di tepi jalan raya Wedi-Bayat, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Jumat (6/1/2023). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENDesa Bogem, Kecamatan Bayat dikenal sebagai pusatnya Dawet Bayat. Salah satu dukuh bernama Cendolan memiliki keterikatan erat dengan dawet.

Salah satu kampung di Desa Bogem itu bernama Cendolan karena mayoritas warga di kampung tersebut menjadi pedagang dawet.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Dalam satu minuman dawet itu ada santan, juruh, serta ada cendol. Nah, nama Dukuh Cendolan itu tercetus karena di kampung itu banyak yang membuat cendol untuk dawet,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Bogem, Sungkono, saat ditemui Solopos.com di Desa Bogem, Jumat (6/1/2023).

Sungkono menceritakan cendol cikal bakal dawet Bayat bermula dari seorang warga Bogem berjualan dawet di wilayah Jogja pada 1980-an. Salah satu warga itu membuat cendol sebagai salah satu bahan membuat dawet.

Dia kemudian berjualan keliling kampung memilkul bahan dawet. Jualan dawet di wilayah Jogja itu pun laris manis.

Satu per satu warga kemudian berbondong-bondong berjualan dawet. Mereka yang semula merantau dan bekerja di pabrik memilih pulang kampung dan memulai usaha membikin dan berjualan dawet.

Kini, ada sekitar 200 warga Bogem terutama dari Dukuh Cendolan yang sehari-hari berjualan dawet. Lokasi berjualan menyebar ke berbagai kota terutama di wilayah Soloraya dan DIY.

Salah satu yang terkenal yakni pedagang yang berjualan di Kalasan, Sleman, DIY. Dalam sehari, pedagang dawet asal Bogem itu bisa meraup omzet hingga Rp2 juta.

Para pedagang dawet asal Bogem pun kini membentuk paguyuban bernama Paguyuban Cendol Dawet. Di paguyuban itu, para pedagang saling bertukar informasi terutama soal lokasi jualan.

Tak hanya itu, mereka saban bulan menggelar pertemuan rutin. Para pedagang dawet tersebut juga rutin mengumpulkan iuran yang kemudian disumbangkan untuk kegiatan sosial.

Kepala Desa (Kades) Bogem, Tri Raharja, juga menjelaskan sejak lama Bogem dikenal sebagai sentra para pedagang dawet Bayat. Secara turun temurun warga membikin dan menjual dawet ke berbagai wilayah. Sebagian generasi muda di desa setempat pun tak canggung berjualan dawet keliling kampung.

Untuk menegaskan Bogem sebagai pusatnya Dawet Bayat, desa setempat mulai menggelar event khusus. Seperti yang dilakukan pada 2022 lalu dengan menggelar kegiatan di lapangan desa setempat dan membagikan 3.000 gelas dawet secara gratis.

Salah satu warga Bogem, Sarjinem, 45, mengatakan sudah 10 tahun terakhir menjadi pedagang dawet di tepi jalan raya Wedi-Bayat. Dia meneruskan usaha bapaknya.

“Salah satu yang khas dari dawet itu cendolnya. Bahan yang digunakan untuk membuat cendol yakni pati onggok,” kata Sarjinem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya