SOLOPOS.COM - Air salah satu sendang di Sendang Bulus Jimbung, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes bening di bawah pohon randu alas raksasa. Foto diambil Jumat (27/5/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten memiliki sumber air di tengah permukiman penduduk yang dikenal dengan Sendang Bulus Jimbung. Sendang itu dulunya dikenal sebagai sarang dua bulus terkenal dan dikaitkan dengan legenda yang ada di Jimbung.

Sendang Bulus Jimbung berada di Dukuh Jimbung Guo. Ada dua sendang di tempat itu. Satu sendang dinamakan Sendang Lanang dengan kedalaman sekitar 1,5 meter dan satu lagi Sendang Putri dengan kedalaman sekitar 2 meter. Ada struktur batuan unik di samping sendang serta pohon randu alas raksasa.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Selama bertahun-tahun sendang itu dikenal dengan keberadaan dua bulus terkenal bernama Kiai Poleng dan Nyai Remeng. Konon, bulus itu jelmaan manusia.

Dari cerita tutur, ada seorang raja bernama Raden Jaka Patoha di Keraton Jimbung. Karena kewibaan dan ketampanan Raden Patoha membuat seorang putri bernama Ratu Keling jatuh cinta.

Singkat cerita, Raden Patoha tak bisa menerima cinta Ratu Keling. Kemudian Ratu Keling mengutus abdinya, yakni Kiai Poleng dan Nyai Remeng untuk membujuk Raden Patoha menerima cinta sang putri.

Baca Juga: Kantor Dinas Arpus Klaten Simpan Peninggalan Kuno, Ini Foto-Fotonya

Lantaran terus mendesak, Kiai Poleng dan Nyai Remeng disumpahi menjadi bulus oleh Raden Patoha. Tiba-tiba keduanya menjadi bulus.

Cerita legenda itu dibenarkan oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Jimbung, Slamet, saat ditemui di kantor Desa Jimbung, Jumat (27/5/2022).

“Tongkat Raden Patoha kemudian ditancapkan di tanah dan menjadi pohon randu alas kemudian bawahnya keluar air menjadi tempat Kiai Poleng dan Nyai Remeng,” kata Slamet.

Slamet menjelaskan bulus Kiai Poleng memiliki warna belang dengan berlekuk seperti punggung manusia. Sementara, bulus Nyai Remeng berwarna abu-abu.

Baca Juga: Ternyata, Ada Sendang dan Terowongan Kuno di Kantor Dinas Arpus Klaten

Ukuran kedua bulus itu besar. Bulus itu kerap dinaiki anak-anak. Termasuk Slamet ketika masih kecil.

Namun, kedua bulus yang pernah dikeramatkan itu sudah mati. Bulus Nyai Remeng dikuburkan di dekat sendang. Beberapa tahun berikutnya atau sekitar tahun 2009, bulus Kiai Poleng mati dan dilarung oleh Pemkab ke pantai selatan.

Pada masa lalu, orang-orang kerap berdatangan ke sendang itu dengan berbagai tujuan. Saat Syawalan, sendang ramai oleh pengunjung. Mereka berdatangan membawa ketupat dimakan di kawasan sendang itu.

“Dulu itu saya masih mengalami membawa ketupat ke tempat itu dikalungkan di pundak. Setelah sampai di sana ya dimakan di tempat itu. Ada yang diberikan untuk pakan bulus juga,” jelas dia.

Baca Juga: Inilah Keistimewaan Kabupaten Klaten yang Tak Dimiliki Daerah Lain

Daya Tarik

Beberapa tahun terakhir kawasan sendang itu ditata menjadi daya tarik wisata yang dikelola BUM Desa Sidoguro, Desa Jimbung. Dua sendang, yakni Sendang Lanang dan Sendang Putri ramai dikunjungi dan airnya yang alami kerap digunakan untuk terapi kesehatan seperti untuk penyembuhan syaraf terjepit serta stroke.

Penjaga Sendang Bulus Jimbung, Mashuri, 55, juga menjelaskan dulu ada dua bulus terkenal di sendang itu yang diberi nama Kiai Poleng dan Nyai Remeng.

Kedua bulus itu bersarang di gua di bawah pohon randu alas raksasa. Gua itu sekaligus menjadi penghubung antara Sendang Lanang dan Putri.

“Dulu gua bisa digunakan untuk masuk orang dewasa dari sendang satu ke sendang lainnya. Setelah gempa [gempa bumi dahsyat pada 2006], mungkin tanahnya ambles sehingga sudah tidak bisa dilewati,” jelas dia.

Baca Juga: Deretan Kuliner Khas Klaten yang Harus Dicoba Wisatawan & Pemudik

Keturunan

Mashuri juga menjelaskan beberapa tahun ini muncul bulus di sendang tersebut. Dia memperkirakan bulus itu keturunan bulus Kiai Poleng dan Nyai Remeng.

“Ada sekitar tiga atau empat bulus. Tetapi, kalau keluar tidak bersamaan, satu-satu. Dari ukuran dan warnanya berbeda-beda. Bulus itu biasanya keluar saat pagi dan biasa diberi makan [kerupuk, gorengan, ketupat, dan lain-lain],” ujar dia.

Mashuri tak menampik pada zaman dulu kawasan Sendang Bulus Jimbung kerap digunakan untuk ritual. Ada yang menebar sesaji hingga mengambil air dari sendang. Sejak dikelola BUM desa, ritual-ritual tersebut tak diperbolehkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya