Soloraya
Minggu, 6 Juni 2021 - 10:27 WIB

Asale Masjid Argomedjono Karanganyar, Dibangun Penggawa Keraton yang Mendapat Ilham

Candra Mantovani  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bangunan Masjid Argomedjono yang merupakan masjid tertua di Tawangmangu, Karanganyar.Foto diambil belum lama ini. (Candra Putra Mantovani/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR--Banyak masjid yang dibangun di Tawangmangu, Karanganyar saat ini sehingga memudahkan muslim di wilayah tersebut untuk beribadah. Namun, di antara banyaknya masjid di Karanganyar, terdapat satu masjid yang diklaim masjid tertua di Tawangmangu yaitu Masjid Argomedjono.

Berdasarkan kisah yang diperoleh Solopos.com dari takmir masjid Argomedjono, masjid tersebut awalnya hanyalah sebuah goa yang digunakan oleh salah satu penggawa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bernama Eyang Sorodimedjo.

Advertisement

Baca Juga: Kurir Sedekah Karanganyar Kumpulkan Donasi Rp110 Juta Untuk Palestina

Saat itu dikisahkan pria yang kerap disebut Mbah Soro tersebut mengembara dan mendirikan padepokan di Tawangmangu. Saat beribadah di goa, Mbah Soro dikisahkan menerima ilham untuk mendirikan masjid di Tawangmangu sebagai sarana tempat ibadah warga sekitar.

“Saat itu tahunnya sesuai catatan Masjid Argomedjono dibangun pada tahun 1939. Sebelumnya hanya goa untuk ibadah dan saat ini masih ada di belakang masjid. Tapi setelah mendapatkan ilham, Mbah Soro kemudian memutuskan untuk membangun masjid di lokasi saat ini,” ujar Ketua Takmir Masjid Argomedjono, Bayu Abdul Karim, ketika berbincang dengan Solopos.com Sabtu (5/6/2021).

Advertisement

Baca Juga: Gelar Pertemuan Tingkat Tinggi, BUMN Pererat Kerja Sama dengan China

MenggunakanTenaga Sapi

Pembangunan Masjid Argomedjono menurutnya juga tidak biasa lantaran kala itu belum ada sarana transportasi yang bisa mengangkut bahan berat untuk membangun masjid ke Tawangmangu.

Saat itu, bahan yang didatangkan langsung dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat diangkut menggunakan sapi hingga Karangpandan. Setelah sampai Karangpandan, bahan bangunan kemudian diangkut menggunakan tenaga manusia hingga ke lokasi masjid saat ini.

Advertisement

“Dulu itu bangunannya hanya 7 meter x 7 meter dengan luas teras hanya 2 meter persegi. Tapi bagaimana caranya saat itu diangkut menggunakan tenaga manusia. Berkembangnya waktu, saat ini sudah ada perluasan bangunan oleh Yayasan Amal Mulya pada tahun 1991 secara bertahap hingga bentuk masjidnya seperti ini. Tapi untuk bangunan utama kami tetap pertahankan arsitekturnya seperti aslinya seperti bedug, kusen jendela, dan ornamen di dalamnya,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif