Soloraya
Kamis, 12 Desember 2019 - 20:00 WIB

Asyik! Sirene Warisan Belanda Meriahkan Malam Pergantian Tahun Baru 2020 di Solo

Mariyana Ricky P.d  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Keramaian di area Solo Car Free Night. (Solopos-dok)

Solopos.com, SOLO – Pemkot Solo berencana membunyikan sirene kuno di Stadion Sriwedari di malam pergantian Tahun Baru 2020. Suara sirene itulah yang nantinya bakal mewarnai pesta pergantian Tahun Baru di Kota Bengawan dalam kegiatan car free night (CFN), 31 Desember 2019.

Sirene kuno itu disimpan di Kompleks Sriwedari. Tepatnya di belakang Gedung Wayang Orang (GWO). Bukan sembarang sirene, benda kuno ini eksis selama tiga zaman.

Advertisement

Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan sirene tersebut aktif digunakan mulai dari zaman Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, hingga aktif digunakan sebagai penanda buka puasa. Sirene kuo itu juga setia mengiringi detik-detik pembacaan teks proklamasi setiap upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Zaman bapak saya dulu, kalau sirene itu berbunyi artinya pasukan Belanda bersiap menyerang,” kata dia, kepada wartawan, belum lama ini.

Selain sirene kuno, Pemkot Solo menyiapkan puluhan gong untuk memeriahkan pesta pergantian Tahun Baru 2020. Sirene dan gong itu berfungsi menggantikan petasan dan kembang api.

Advertisement

Sebab, Wali Kota Solo melarang penggunaan petasan atau kembang api yang bisa meledak di pesta pergantian Tahun Baru 2020. Dia berniat ingin melanjutkan tradisi pesta pergantian tahun tanpa kembang api yang diklaim membuat masyarakat lebih nyaman.

“Dua tahun terakhir tanpa kembang api dan petasan, perayaan tahun baru tetap meriah. Kami ingin melanjutkan tradisi ini. Tanpa kembang api, masyarakat lebih nyaman. Daripada uang dibakar, lebih baik untuk mengundang seniman,” sambung Rudy.

Gong untuk pesta pergantian Tahun Baru 2020 ditempatkan di sekitar lima panggung. Yakni di depan Diamond Solo Convention Center, rumah dinas Loji Gandrung, depan Stadion Sriwedari, persimpangan Ngarsopuro, dan depan Balai Kota sebagai panggung utama.

Advertisement

“Selain lima panggung, sejumlah Perumda mengusulkan panggung-panggung kecil, ya, tidak masalah. Pertunjukan seni mayoritas dari kelurahan-kelurahan,” terang Rudy.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif