SOLOPOS.COM - Atap kelas di MIM Gemantar, Kecamatan Mondokan, Sragen, amblek lantara dua kuda-kuda penyangga atap patah, Senin (9/1/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Kegiatan belajar mengajar (KBM) seluruh siswa MI Muhammadiyah (MIM) Gemantar, Kecamatan Mondokan, Sragen, terpaksa dilakukan daring atau online. Kebijakan ini dilakukan setelah atap salah satu ruang kelas di MIM tersebut ambruk pada Senin (9/1/2023) pagi dan melukai dua siswa dan kepala sekolah. Kerugian akibat musibah itu diperkirakan mencapai Rp30 juta.

Sejumlah pihak berdatangan ke lokasi pada Senin siang. Mulai dari Polsek Mondokan, Koramil Mondokan, Camat Mondokan, Tim Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu), PCM Mondokan, PMI Sragen, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen. Mereka ingin melihat langsung dampak kerugian atas musibah tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Tidak ada tanda-tanda. Tahu-tahu ambruk begitu saja. Dua siswa luka ringan sudah sembuh dibawa pulang. Ibu kepala sekolah juga sempat di rontgen di RS PKU Muhammadiyah Masaran hasilnya sehat semua. Beliau juga sudah pulang,” ujar guru Kelas III MIM Gemantar,  Tri Lestariningsih, saat ditemui wartawan, Senin siang.

Ning, sapaan akrabnya, menjelaskan pihak sekolah akhirnya membuat kebijakan KBM siswa seluruh siswa untuk sementara dilakukan secara daring. Kebjijakan ini berlaku sampai waktu yang belum ditetapkan. Kalau siswa tetap masuk tatap muka, Ning khawatir mereka akan bermain ke ruang yang ambruk dan membahayakan siswa.

“Tadi anak-anak Kelas I-VI sudah saya kumpulkan. Saya bilang pembelajaran lewat daring dulu dari rumah. Untuk KBM di sekolah akan diberitahu lewat grup WhatsApp,” kata Ning.

Dalam musibah tersebut ada tiga korban yang mengalami luka-luka sedangkan delapan siswa dan guru lain yang berada di ruangan itu selamat. Tiga korban luka-luka itu terdiri atas Kepala MIM Gemantar yang juga guru Kelas II, Dwi Hastuti, warga Monggot, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan dan dua siswa Kelas VI, yakni Muhammad Fiko Ardiansyah, 12, dan Muhammad Riko Alfayan, 12.

“Kepala sekolah mengalami nyeri pada punggung dan perut tetapi sudah pulang. Dua siswa sempat dilarikan ke Puskesmas Mondokan dan menjalani rawat jalan. Musibah itu disebabkan konstruksi kuda-kuda patah karena lapuk dimakan rayap. Sekolah itu direnovasi terakhir pada 2011,” ujar Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama melalui Kapolsek Mondokan AKP Sigit Sudarsono.

Terlihat Kuat tapi Keropos

Anggota Mejelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Mondokan, Sragen, Aan Mei Yazuki, mengatakan kondisi kuda-kuda atap itu terlihat dari luar masih bagus. Namun ternyata di dalamnya sudah keropos hingga akhirnya patah. “Kerugian ditaksir Rp25 juta-Rp30 juta. Ya, bangunan ini diperbaiki kali terakhir pada 2011,” jelasnya.

Dandim 0725/Sragen Letkol (Inf) Yoga Yastinanda melalui Danramil Mondokan, Kapten (Inf) Rusdi, menyiapkan personel untuk bergabung bersama polisi, sukarelawan, dan warga setempat bergotong royong membersihkan lokasi dari puing-puing atap yang roboh. Dia juga menyiapkan alat berupa gergaji, skop, linggis, martil, dan angkong.

“Warga Gemantar kompak dalam penanganan kedaruratan. Penanganan tiga korban juga cepat. Tindak lanjut berikutnya bersih-bersih dan setelah itu diserahkan ke pengelola sekolah setempat,” kata Camat Mondokan Sragen, Agus Endarto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya