Soloraya
Jumat, 12 November 2021 - 07:37 WIB

Atasi Lonjakan Harga Minyak Goreng, Disdagperin Boyolali Gandeng Bulog

Cahyadi Kurniawan  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi minyak goreng. (JIBI/dok)

Solopos.com, BOYOLALI—Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Boyolali bakal berkoordinasi dengan Bulog terkait lonjakan harga minyak goreng yang terjadi beberapa pekan terakhir ini. Harga minyak goreng naik dari semua Rp12.000 per kilogram menjadi Rp18.000 per kilogram.

Kepala Disdagperin Boyolali, Karsino, mengatakan lonjakan harga minyak goreng diduga terjadi sebagai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan PPKM ini turun dari level 3 dan 4 menjadi 2 atau 1 di daerah. Penurunan level PPKM ini membuat mobilitas masyarakat meningkat.

Advertisement

Hal ini terlihat dibukanya fasilitas umum, objek wisata dan lainnya. Tingginya mobilitas ini membuat kebutuhan bahan pangan salah satunya minyak goreng meningkat. Sesuai hukum ekonomi, tingginya permintaan turut meningkatkan harga barang.

Baca Juga: Bupati Klaten Ajak Generasi Milenial Teladani Perjuangan Pahlawan

Advertisement

Baca Juga: Bupati Klaten Ajak Generasi Milenial Teladani Perjuangan Pahlawan

“Kalau suplainya lancar-lancar saja. Tapi kalau dilihat sekarang mobilitas masyarakat kembali tinggi. Jadi kebutuhan minyak goreng juga tinggi,” kata dia, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (10/11/2021).

Untuk mengatasi hal ini, ia akan berkoordinasi dengan Bulog dan otoritas terkait lainnya. Meski demikian, ia belum bisa menyampaikan apa skema yang dipakai untuk menstabilkan harga komoditas ini.

Advertisement

Baca Juga: 7.224 Pelajar Klaten Ikuti Serbuan Vaksinasi Dosis II

Sebelumnya diberitakan, kenaikan harga minyak goreng dikeluhkan salah satunya oleh perajin rambak asal Desa Kopen, Kecamatan Teras, Widodo, 55. Menurut dia, kenaikan minyak goreng terus terjadi saban pekan dari semula Rp11.000 per kilogram menjadi Rp17.500 – Rp18.000 per kilogram.

Padahal, ia membutuhkan banyak minyak goreng untuk membuat rambak. Untuk menggoreng satu kuintal rambak, Widodo membutuhkan 34 kilogram minyak goreng. Kenaikan inipun membuat marjin laba yang diterimanya menipis.

Advertisement

“Kami cuma bertahan saja supaya pelanggan enggak hilang. Kalau minus gapapa. Musim kering goreng sedikit. Tapi musim hujan, permintaan meningkat. Tiap malam oven nonstop. Sekarang walau mencekik tetap dilakukan. Karena menaikkan [harga jual] Rp500 saja susah,” ujar Widodo, saat ditemui wartawan di rumahnya beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga: Prajurit Kodim Klaten Borong Medali Peparnas XVI Papua

Kenaikan harga minyak goreng, lanjut Widodo, awalnya merupakan hal yang wajar. Namun, bedanya kali ini kenaikan harga terus terjadi tanpa ada penurunan. Kondisi terjadi dalam beberapa pekan terakhir.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif