Soloraya
Kamis, 21 September 2023 - 16:25 WIB

Awali Tradisi Sekaten, Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari Ditabuh

R Bony Eko Wicaksono  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menabuh seperangkat gamelan di Pagongan Masjid Agung Solo, Kamis (21/9/2023). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO–Suara alunan gamelan Jawa terdengar nyaring di Bangsal Pagongan sisi selatan dan utara Masjid Agung Solo, Kamis (21/9/2023).

Sementara bau dupa menusuk hidung ketika para abdi dalem niyaga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) terus menabuh gamelan.

Advertisement

Dua set gamelan Jawa yang menjadi pusaka Keraton Solo, yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari menandai dimulainya Sekaten 2023.

Gamelan Kyai Guntur Madu melantunkan Gending Rambu yang dilanjutkan gamelan Kyai Guntur Sari yang melantunkan Gending Rangkung. Dua set gamelan itu ditabuh tepat pukul 13.00 WIB. Sebelum gamelan ditabuh, terlebih dahulu dilakukan upacara dan pembacaan doa di dalam Masjid Agung Solo.

Advertisement

Gamelan Kyai Guntur Madu melantunkan Gending Rambu yang dilanjutkan gamelan Kyai Guntur Sari yang melantunkan Gending Rangkung. Dua set gamelan itu ditabuh tepat pukul 13.00 WIB. Sebelum gamelan ditabuh, terlebih dahulu dilakukan upacara dan pembacaan doa di dalam Masjid Agung Solo.

Ditabuhnya dua gamelan itu tak luput dari perhatian masyarakat. Mereka berduyun-duyun memenuhi area luar Pagongan Masjid Agung Solo.

“Dua gamelan ini ditabuh selama sepekan ke depan. Khusus hari ini [Kamis], gamelan ditabuh hanya sampai sore hari. Gamelan tidak diperkenankan dibunyikan saat malam Jumat. Nah, nanti malam kan malam Jumat,” kata Pengageng Parentah Keraton Solo, K.G.P.H. Dipokusumo, Kamis (21/9/2023).

Advertisement

Kala itu, gamelan ditabuh untuk menarik minat masyarakat agar datang ke masjid dan mendengarkan syiar yang disampaikan ulama. Hal ini menjadi tradisi yang dilaksanakan Dinasti Mataram Islam yang dilaksanakan hingga saat ini.

Ritual tabuh gamelan akan berakhir pada 12 Rabiul Awal yang merupakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Istilah Sekaten berasal dari syahadatain atau dua kalimat syahadat. Zaman dulu, Wali Sanga melakukan syiar agama menggunakan akulturasi budaya untuk menarik masyarakat. Salah satunya dengan menabuh gamelan,” ujar dia.

Advertisement

Sementara itu, kerabat Keraton Solo, G.K.R. Wandansari yang akrab disapa Mbak Moeng menyampaikan setelah ritual tabuh gamelan selesai maka Keraton Solo mengadakan Grebeg Maulud dengan mengarak sepasang gunungan, yakni jaler dan estri.

Pada  Dua gunungan itu diarak dari Kori Kamandungan menuju Masjid Agung Solo. Sesampai di masjid, gunungan akan didoakan oleh ulama.

Adik Paku Buwono XIII itu menambahkan generasi penerus harus menjaga dan merawat tradisi adat Keraton Solo. “Tadi kita nginang biar awet muda dan panjang umur. Agar bisa menyaksikan perayaan Sekaten pada tahun depan. Ini juga kepercayaan turun menurun,” ujar dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif