SOLOPOS.COM - Eskavator terperosok pada terowongan pengelak yang ambrol pada proyek pembangunan pintu air di Kali Pepe, Beton, Sewu, Jebres, Solo, Senin (11/11/2019). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Sekitar empat rumah hunian yang berdiri di pinggir Kali Pepe, tepatnya di wilayah RT 002/RW 006 Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng) rawan ambrol ke sungai. Keempat bangunan itu sudah retak dan doyong.

Pemerintah kelurahan setempat mengimbau masyarakat yang tinggal di bangunan itu agar selalu waspada dan berhati-hati. Terlebih, saat ini masih musim penghujan di mana intensitas dan curah hujan terbilang tinggi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kasi Lingkungan Hidup Kelurahan Kadipiro, Siti Maryati, saat diwawancara Solopos.com di kantornya, Kamis (5/3/2020), mengaku sudah mengecek kondisi rumah yang rawan ambrol. "Kemarin saya dan tim sudah cek lokasi," terangnya.

Menurut Siti, dari pengecekan itu diketahui penyebab bangunan rumah doyong adalah tanah yang tergerus air sungai. Bahkan, akibat gerusan air membuat fondasi rumah terlihat. Bila tak ditangani rumah rawan ambrol.

"Kami sudah komunikasikan dengan LPMK [Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan] untuk membahas masalah ini. Selain itu kami juga akan siapkan bambu petung untuk menyangga rumah-rumah itu," imbuh dia.

Langkah tersebut menurut Siti sebagai penanganan sementara untuk mencegah adanya korban bila rumah-rumah itu ambrol. Pantauan Espos ada empat rumah di pinggir Kali Pepe yang kondisinya miring dan retak-retak.

Pengakuan Pemilik Rumah

Dari empat rumah, tiga di antaranya masih dihuni dan satu rumah lainnya ditinggalkan karena sudah ambrol. Salah seorang penghuni rumah, Dinayanti, 40, mengaku khawatir dengan kondisi rumahnya.

Tapi dia tak punya pilihan tempat tinggal lain. "[Tanah] Di belakang rumah saya sudah nggrowong, karena banjir. Tentu khawatir dengan kondisi seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi jenenge wong ora duwe mas," ucap Dinayanti.

Dinayanti dan suaminya mulai menempati rumah berukuran sekitar 5 meter x 5 meter persegi itu empat tahun terakhir. Setiap hujan deras turun dan debit air sungai naik, dia merasa khawatir dan tidak bisa tidur nyenyak. "Untuk status tanah rumah ini bukan milik pribadi, tapi milik negara," imbuh dia.

Penuturan senada disampaikan Sri Suharni, 60, warga RT 002/RW 007 Krembyongan, Kadipiro yang juga tinggal di rumah pinggir Kali Pepe.

Fondasi rumah yang dia tempati diakui sudah tergerus air Kali Pepe. Akibatnya bangunan rumah dia doyong dan retak-retak. Semula Sri tinggal di rumah itu bersama suaminya. Tapi sang suami meninggal tiga bulan lalu.

"Akhirnya ya saya sendiri yang di sini. Tapi kalau pas hujan atau banjir ya saya tidur di rumah anak saya, tidak di sini. Rumah ini sebenarnya bukan milik pribadi saya. Tidak tahu siapa yang punya sebenarnya," urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya