Solopos.com, KARANGANYAR–Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karanganyar mewaspadai merebaknya kasus campak dan rubella. Hal ini seiring ditemukan kasus campak dan rubella di sejumlah kecamatan akibat penolakan imunisasi.
Merujuk data Dinkes Karanganyar, kasus campak dan rubella tertinggi ditemukan di Kecamatan Tawangmangu dengan 10 kasus campak dan tiga kasus rubella. Kemudian tiga kasus campak di Jumapolo.
Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal
Kepala Dinkes Karanganyar Purwati mengatakan hingga kini masih terus menyisir ke kampung-kampung untuk memastikan temuan kasus campak dan rubella.
“Kami terjunkan petugas untuk sweeping, karena kemungkinan masih banyak yang tidak terdeteksi oleh puskesmas,” katanya kepada Solopos.com, Rabu (7/12/2022).
Berdasarkan penyelidikan epidemologi (PE), dia mengatakan kasus campak dan rubella muncul karena orang tua menolak anaknya diimunisasi, dengan alasan keyakinan.
Baca Juga: 1.603 Anak Balita di Karanganyar Mengalami Stunting
Mereka khawatir imunisasi tidak sesuai keyakinannya. Petugas hingga kini terus menyosialisasikan bahwa imunisasi halal dan menyehatkan.
“Kita selalu beri pengertian ini. Karena jika ada ibu hamil dan terpapar, risiko keguguran tinggi atau anaknya lahir cacat,” katanya.
Dia menjelaskan campak dan rubella merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya tergantung sistem imun tubuh. Gejalanya bintik pada kulit punggung, muka, belakang telinga yang diikuti demam. Penyakit itu diantisipasi dengan imunisasi campak dan rubella.
Bulan imunisasi campak rubella diberikan tak kurang-kurang. Di puskesmas, posyandu, di klinik, juga ke sekolah-sekolah. Namun masalahnya, masih saja ada orang tua yang menolak anaknya diimunisasi.
“Sekarang malah anaknya sakit,” katanya.
Baca Juga: Pelayanan Kesehatan Tradisional di Boyolali Booming, Pemkab Upayakan Legalitas
Bupati Karanganyar, Juliyatmono, sangat menyayangkan kasus campak dan rubella muncul di Karanganyar karena orang tua menolak anaknya diimunisasi. Bupati Juliyatmono meyakini orangtua balita terpapar campak dan rubella kurang teredukasi.
“Ini sangat ironis sekali karena ada fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta serta berbagai program imunisasi yang digulirkan,” katanya.
Bupati menerima laporan adanya kasus campak di Tawangmangu dan Jumapolo. Kasus ini sebenarnya bisa dicegah dan diantisipasi dengan pendekatan ke orang tua.
Menurut Bupati, kemunculan kasus campak dan rubella kurang menyukseskan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dia pun meminta kemunculan kasus diseriusi dinas terkait.