Soloraya
Senin, 13 Februari 2012 - 20:53 WIB

Awas, SAYUR IMPOR Serbu Boyolali

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (dok)

ilustrasi (dok)

BOYOLALI–Serbuan sayuran impor ke pasar-pasar tradisional di wilayah sangat meresahkan. Harga jual sayuran lokal menjadi anjlok karena hal ini. Bahkan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) mengaku kesulitan untuk membendung arus sayur impor ini di pasar-pasar.

Advertisement

“Diakui, memang sulit membendung sayuran impor ini. Terlebih sayuran itu sudah menyebar luas di pasar-pasar tradisional. Selain itu, Provinsi Jawa Tengah juga memperbolehkan masuknya sayuran impor ini,” papar Kepala Distanbunhut Boyolali, Wisnu Hermadi saat ditemui wartawan di gedung DPRD Boyolali, Senin (13/2/2012).

Wisnu menjelaskan masuknya sayur impor ke Jawa Tengah maupun Boyolali khususnya di luar wewenang Pemkab Boyolali. Pasalnya, selama gubernur melegalkan. Pemkab daerah tidak bisa berbuat banyak.

Meskipun demikian, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mengatasi hal ini. Antara lain, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar) dan Badan Ketahanan Pangan (BKP). Hal ini dilakukan untuk membatasi serbuan sejumlah komoditi sayur impor.
“Kami juga akan segera melaporkan keadaan ini ke provinsi. Ini juga sebagai bahan laporan,” jelasnya.

Advertisement

Sementara itu, kalangan petani di wilayah lereng Merapi kebingungan dengan merebaknya sayuran impor di pasaran. Secara otomatis, hal ini mematikan komoditi sayuran lokal. Melimpahnya sayur impor dipasaran dituding sebagai penyebab jatuhnya harga sayur lokal.

“Sepekan ini ratusan petani Merapi dan Merbabu tengah panen raya bawang merah. Panen raya pada sekitar 250 hektar lahan berupa bawang merah dan wortel tersebut malah merugikan petani,” jelas salah satu petani Desa Lencoh, Selo, Subagyo.
Menurutnya, panen kali ini hasilnya lebih bagus dari panen sebelumnya. Rata-rata per hektar menghasilkan sekitar 5 ton bawang merah basah. Melimpahnya komoditas ini tidak dibarengi dengan harganya.

Harga jual bawang merah sekitar Rp3.500/kg. Padahal harga bibit saat menanam sekitar Rp15.000/kg. Anjloknya harga bawang merah itu, dipicu serbuan sejumlah komoditi sayur impor yang masuk pasar tradisional. Jika tidak ada sayur impor harga diperkirakan bisa mencapai Rp7.000/kg.

Advertisement

“Kalau panen ditunda akan membusuk. Akan tetapi, jika tidak segera dijual dimakan kera liar tapi dijual juga tidak laku. Kami berharap Pemkab lebih memperhatikan nasib para petani sayur lokal,” tandas Wiyono, warga Samiran, Selo.

(JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif