SOLOPOS.COM - Ilustrasi tikus (JIBI/Harian Jogja/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Zat kimia yang terdapat pada tanaman pertanian dianggap sebagai penyebab cepatnya perkembangbiakan tikus di wilayah Karanganom.

Hal ini diungkapkan oleh pengamat pertanian, Janis Jumia, kepada Solopos.com saat melakukan penanaman bibit koro pedang di Desa Gempol, Selasa (3/9/2013).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Janis yang merupakan peneliti asal Gunung Kidul ini mengatakan, pembasmi hama berupa pestisida yang sering digunakan para petani justru membuat perkembangbiakan tikus berlangsung cepat.

Hal ini dikarenakan di dalam tubuh tikus telah terjadi mutasi kimia yang membuat produktifitas tikus meningkat.

“Tanaman pertanian, terutama padi, saat ini banyak yang mengandung zat kimia. Zat-zat kimia tersebut tidak dapat musnah sehingga masuk ke dalam tubuh tikus yang akhirnya membuat tikus memiliki produktifitas tinggi,” ungkapnya.

Janis mengaku tidak heran jika ada beberapa petani yang pernah melihat ribuan tikus bergerak secara bersamaan dari satu sawah ke sawah lain. Hal ini, lanjut Janis, bisa saja merupakan pola migrasi tikus yang mencari lahan makanan baru.

Dalam bermigrasi, Janis menerangkan tikus sawah cenderung bergerak bersama karena memang sudah menjadi perilaku alamiahnya. Saat malam hari, kata Janis adalah masa di mana tikus bergerak mencari makanan karena tikus merupakan hewan nocturnal atau hewan yang aktif pada malam hari.

Hama Tikus

Terkait hama tikus yang menyerang lahan persawahan di wilayah Karanganom, Janis, dibantu oleh para kepala desa saat ini mulai melakukan penanaman bibit kacang-kacangan berjenis koro pedang. Koro pedang, tutur Janis, merupakan tanaman yang dibenci oleh tikus karena mengandung zat kanafalian. Zat tersebut merupakan bahan pembuat racun organik pembunuh tikus.

Selain itu, aroma koro pedang membuat tikus enggan mendekat.

“Zat kanafalian, adalah zat pembunuh sel kanker. Saya melakukan penelitian ini sejak beberapa tahun lalu. Terkait dengan tikus, di beberapa lahan di Gunung Kidul, saya sudah membuktikan bahwa tikus sangat takut dengan aroma koro pedang ini,” terangnya.

Janis menambahkan, dirinya bersama aparat desa akan merubah paradigma petani dalam membasmi hama tikus. Salah satu cara yang dipandang efektif adalah dengan memotong rantai makanan tikus. Hal ini, kata dia, dapat dilakukan salah satunya dengan cara penanaman koro pedang di lahan-lahan persawahan.

Berkaitan dengan penelitiannya, Janis mengaku saat ini sengaja berdomisili di Jatinom. Selain melakukan penanaman koro pedang di beberapa lahan percontohan di Jatinom, Janis mengaku akan bekerjasama dengan para kepala desa untuk melakukan program pemberdayaan petani melalui penanaman koro pedang.

“Koro pedang ini sangat murah. Dengan lahan sawah seluas 2000 meter persegi, biaya yang dibutuhkan hanya Rp75 ribu untuk pembelian bibit koro pedang. Hasilnya, koro pedang nantinya dapat diolah sebagai bahan makanan pengganti kedelai dan bahan untuk kosmetika organik,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya